Menu

Mode Gelap
Pariwisata Tumpak Sewu Terancam Stagnan, Homestay dan Atraksi Pendamping Tak Terkoordinasi Ketidaksepemahaman BUMDes dan Pengelola Tumpak Sewu Ancaman Serius bagi Ekonomi Lokal Pendapatan Tumpak Sewu Selama Ini Dipertanyakan Diduga Jadi Korban Penganiayaan, Pemuda Asal Kudus Tewas di Pandaan Dua Pelaku Pembacokan di Kos Mayangan Kota Probolinggo Ditangkap, Begini Tampangnya Serapan Tembakau tak Maksimal, HKTI Probolinggo Temui Bupati Gus Haris

Kesehatan · 27 Feb 2024 23:54 WIB

Terserang Penyakit Ngorok, Belasan Sapi di Lumajang Mati Mendadak


					SEHAT: Suasana Pasar Hewan Lumajang, yang kian ramai. (foto: dok). Perbesar

SEHAT: Suasana Pasar Hewan Lumajang, yang kian ramai. (foto: dok).

Lumajang,- Sebanyak 14 sapi di Kabupaten Lumajang tiba-tiba mati mendadak. Dari 14 sapi yang mati, sembilan di antaranya berada di Desa Jenggrong, Kecamatan Ranuyoso. Sedangkan lima sapi lainnya berada di Desa Banyuputih Lor, Kecamatan Randuagung.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Lumajang, Hairil Diani menyampaikan, soal sapi yang mati secara mendadak.

“Saat ini, kami telah mendapatkan dua sampel darah sapi yang meninggal di dua kecamatan itu, dan sudah dikirim ke laboratorium untuk dicek penyakit apa yang menyebabkan kematian terhadap ternak milik warga. Dan tinggal menunggu hasilnya,” kata Hairil, Selasa (27/2/2024).

Menurut informasi yang didapat, kata Hairil, 14 sapi yang mati tersebut terkena penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau yang lebih dikenal dengan penyakit ngorok.

Penyakit SE sering menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternak, terutama apabila tidak ditanggulangi secara seksama.

Penyakit SE biasanya berjalan cepat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi terutama ternak yang telah menunjukkan gejala klinis jelas.

“Kalau dugaannya penyakit ngorok, biasanya sapi itu panas, ngiler terus ambruk dan langsung mati, tapi kita masih menunggu hasil labnya,” katanya.

Di samping itu, kata Hairil, infeksi Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit lato-lato, sudah menyerang 138 sapi di Lumajang. Anehnya lagi, dalam kasus ini, tidak ada sapi warga yang mati gara-gara terkena LSD.

“Untuk mengetahui itu semua, tinggal kita tunggu dari hasil labnya nanti,” pungkasnya. (*)

 

 

Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 89 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional

16 Juni 2025 - 10:58 WIB

Covid-19 Kembali Mengintai, Dinkes Jember Minta Warga Tidak Panik

12 Juni 2025 - 18:01 WIB

Tiga Tahun Mangkrak, Klinik NU Jember Akhirnya Resmi Dibuka

5 Juni 2025 - 18:15 WIB

Bunda Indah: Masker Tetap Wajib, Antisipasi Covid-19 dan Polusi Udara di Lumajang

5 Juni 2025 - 15:40 WIB

Isu Merebak di Jember, BPJS Kesehatan Tolak Biayai Pasien DBD

29 Mei 2025 - 20:47 WIB

Pemkab Jember Waspadai Lonjakan Covid-19 di Asia, Skrining Ditingkatkan

23 Mei 2025 - 20:18 WIB

Empat Bulan, 163 Warga Kota Probolinggo Terjangkit TBC

20 Mei 2025 - 16:58 WIB

Cegah PMK, Ternak yang Bakal Masuk Probolinggo Divaksin Massal

17 Mei 2025 - 08:18 WIB

Kisah Haru Siti Aminah, Balita 3 Tahun di Lumajang, Berjuang Melawan Penyakit Berat

7 Mei 2025 - 20:13 WIB

Trending di Kesehatan