Menu

Mode Gelap
MUI Desak Wali Kota Probolinggo Berani Perangi Miras, LGBT dan Sound Horeg Pakai Motor Protolan, Pelajar di Pasuruan Dihukum Nyanyi Saat Operasi Patuh Ribuan Tenaga R4 Terancam Dirumahkan, Pemkab Jember Janji Perjuangkan Nestapa Pria Mengambang di Sungai Pekalen Maron, Wajah Penuh Luka, Motor Raib Tenaga Non ASN Jember Turun Jalan, Tolak Skema Kerja Baru Pemerintah Ribuan Pelanggaran Ditindak Polres Pasuruan Kota Selama Operasi Patuh Semeru 2025, Roda Dua Jadi Pelanggar Terbanyak

Budaya · 20 Agu 2023 23:41 WIB

Mengenal Yadnya Karo Suku Tengger di Ranupani Lumajang berikut Prosesinya


					ADAT: Warga Suku Tengger Lumajang saat menggelar salah satu ritual dalam Yadnya Karo. (foto: Asmadi) Perbesar

ADAT: Warga Suku Tengger Lumajang saat menggelar salah satu ritual dalam Yadnya Karo. (foto: Asmadi)

Lumajang,- Hari Raya Karo atau yang lazim disebut Yadnya Karo merupakan hari raya kedua setelah Kasada alias bulan kedua dari 12 bulan menurut kalender Suku Tengger.

Perayaan Karo menjadi lambang asal mula kelahiran manusia sehingga berbagai rangkaian Upacara Karo wajib dilakukan oleh masyarakat adat Tengger di Desa Ranupani Kabupaten Lumajang.

Suku Tengger di Jawa Timur, tidak hanya bermukim di wilayah Kabupaten Lumajang. Melainkan juga tersebar di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo dan Malang atau sekitar kawasan lereng Gunung Bromo dan Semeru.

Di Kabupaten Lumajang, Suku Tengger mayoritas tinggal di Desa Argosari, Ranupani, dan Kandangan, Kecamatan Senduro. Selebihnya, tersebar di desa-desa lain dengan skala lebih kecil.

Warga Desa Ranupani, Santoso Aji (58) mengatakan, perayaan Karo menjadi lambang asal mula kelahiran manusia sehingga rangkaian upacara Karo wajib dilakukan oleh warga Suku Tengger, tak terkecuali di Desa Ranupani.

Perayaan Karo dimulai dengan Prepekan atau pembukaan, mbesan duata dan Tayub pada malam harinya. Hari kedua dilakukan Sesanti yang diawali pemberangkatan Punden dan Mbatek Tumpeng Gede di kediaman Kepala Desa.

“Diawali dari tayub pada malam hari, paginya pemberangkatan punden dilanjutkan ke rumah kepala desa mbatek tumpeng gede setelah itu mengikuti romo dukun melakukan sesanti,” kata Aji, Sabtu (19/8/2023).

Aji menambahkan, rangkaian Perayaan Karo Suku Tengger dilanjutkan dengan Andon Mangan atau budaya saling berkunjung dan menjamu tamu dengan sajian khas Ranupani.

“Setelah sesanti tidak boleh ada hiburan agar tidak mengganggu kekhidmatan masyarakat melakukan andon mangan, masyarakat saling sowan (berkunjung, red) meskipun sesuap harus tetap dilakukan, ini diwajibkan,” terangnya.

Puncak Perayaan Karo dilakukan Nyadran atau Sadranan yang artinya ruwah syakban dalam bahasa Jawa. Dalam tradisi ini masyarakat melakukan tabur bunga ke makam leluhur yang diawali dengan pemberangkatan Sadranan dari rumah Romodukun.

“Dari rumah Romodukun lalu menuju makam yang diiringi Jaran Kencak dan Tabuan Ketepong,” ucap Aji memungkasi. (*)

 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Moh. Rochim

Artikel ini telah dibaca 112 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Ada Nilai Filosofis Calon Arang dalam Pementasan Seni Menyuarakan Dharma

21 Juli 2025 - 09:26 WIB

Tradisi Tak Lekang Waktu, Bhakti Penganyar Jadi Jembatan Budaya Bali dan Jawa

18 Juli 2025 - 15:00 WIB

1.923 Petani Lumajang Tercakup Asuransi Usaha Tani Padi

10 Juli 2025 - 16:52 WIB

Cok Ace Dorong Kolaborasi Budaya Bali dengan Lumajang

10 Juli 2025 - 16:21 WIB

Diresmikan Saat Purnama 1992, Pura di Senduro Kini Jadi Titik Sakral Umat Hindu

10 Juli 2025 - 15:52 WIB

Pujawali Rama Satunggal Warsa, Momen Pererat Persaudaraan Umat Hindu se-Nusantara

6 Juli 2025 - 18:02 WIB

Jolen Simbol Kerukunan dan Warisan Budaya Desa Senduro

27 Juni 2025 - 19:02 WIB

Grebeg Suro, Warga Lumajang di Lereng Semeru Berebut Gunungan Hasil Bumi

27 Juni 2025 - 13:26 WIB

Basuh Kaki Orang Tua, Tradisi Siswa di Kota Probolinggo saat Hadapi Kelulusan

19 Juni 2025 - 14:48 WIB

Trending di Budaya