Menu

Mode Gelap
Serapan Tembakau tak Maksimal, HKTI Probolinggo Temui Bupati Gus Haris Asyik! Pemkab Probolinggo Fasilitasi Kuliah Gratis plus Uang Saku di Unitomo Surabaya Dua Pekan, 1.320 Orang di Kabupaten Probolinggo Langsungkan Pernikahan Pria asal Tiris Dibacok Di Mayangan Probolinggo, Salah Sasaran? Toyota Avanza Warga Alassumur Kulon Probolinggo Terbakar, Kerugian Ratusan Juta Kakak-beradik Atlet Balap Motor asal Kota Probolinggo Sabet 2 Medali Porprov Jatim 2025

Berita Pantura · 2 Mei 2023 18:12 WIB

Terdampak Perang di Sudan, Mahasiswa Asal Pasuruan Ketakutan


					SELAMAT: Ummu Fatimah Qomariyah (20) mahasiswa asal Pasuruan yang terdampak perang di Sudan. (foto: Moh. Rois) Perbesar

SELAMAT: Ummu Fatimah Qomariyah (20) mahasiswa asal Pasuruan yang terdampak perang di Sudan. (foto: Moh. Rois)

Pasuruan,- Ummu Fatimah Qomariyah (20) mahasiswa asal Indonesia yang terdampak perang di Sudan tiba dengan selamat di rumah orang tuanya, Gang Jambangan 2, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan.

Mahasiswi asal Indonesia yang belajar di International University of Africa (UIA) Sudan itu menceritakan pengalamannya saat berada di kawasan benua Afrika itu.

Fatimah mengaku sangat ketakutan, lantaran peluru terus menerus ditembakkan ke lingkungan sekitarnya. Selain itu, ia hidup di tengah kondisi yang sangat terbatas, bahkan makanan dan air minum sulit didapatkan.

Bahkan meski sudah di tanah air, Ummu fatimah mengaku masih merasa ketakutan dan trauma jika teringat dengan peristiwa mengerikan yang terjadi di dekat kampusnya.

“Kampusnya itu berada di zona merah, sehingga dari belakang, kanan, kiri ada serangan,” kata Fatimah, Selasa (2/5/23).

Meskipun demikian, Ummu Fatimah dan semua mahasiswa Indonesia yang berada di tempat tersebut selamat. Tidak ada mahasiswa yang menjadi korban, baik luka maupun meninggal.

“Korban dari kami tidak ada, tapi tempat yang kami tempati sempat ada peluru nyasar dan kaca pecah,” jelasnya.

Ummu Fatimah dan mahasiswa Indonesia lainnya berhasil dikeluarkan dari Sudan. Mahasiswi yang mendapat beasiswa dari Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogjakarta ini dievakuasi oleh relawan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) bersama Kedubes RI saat pagi buta, sekitar pukul 03.00 waktu Sudan.

Ada sekitar 800an mahasiswa Indonesia yang belajar di Sudan. Evakuasi kloter pertama ada sekitar 180an mahasiswa yang dievakuasi dan diutamakan perempuan dan ibu hamil.

Proses evakuasi kloter pertama ratusan mahasiswa UIA ini berlangsung menegangkan. Dia harus keluar kampus menyebrang melewati perkampungan warga yang masuk zona merah perang Sudan.

Ratusan mahasiswa ini melewati zona merah perang dalam kondisi gelap gulita karena kondisi listrik sedang padam.

“Gak ada listrik dan gak boleh nyalain senter, takutnya kelihatan terus malah dicurigai,” jelasnya.

Setelah sampai di asrama PPI, para mahasiswa harus menunggu selama lima jam hingga bis datang. Dari 16 bis yang dipesan, hanya 4 bis yang menyanggupi untuk menjemput mahasiswa.

Setelah naik bus, rombongan melawati kepungan tentara yang berjaga di sepanjang jalan. “Sekitar 5 kali kita diberhentikan tentara, terus tentaranya masuk memeriksa barang bawaan penumpang, bahkan bis terakhir disuruh putar balik oleh tentaranya,” cerita Ummu.

Berselang 16 jam, rombongan bus evakuasi kloter pertama sampai di pelabuhan Port Sudan. Dari Port Sudan, rombongan mahasiswa menaiki kapal laut selama 20 jam menuju Jeddah, Arab Saudi.

“Selama perjalanan ke Jeddah, kita dikawal kapal tentara Sudan. Baru pada Selasa, 25 April 2023, rombongan mahasiswa kloter pertama sampai di Jeddah,” papar mahasiswi berhijab ini.

Setelah menginap semalam, rombongan mahasiswa diterbangkan dari Jeddah dan baru sampai ke Jakarta pada Sabtu, 29 April 2023. Kemudian ke-esokan harinya, Ummu Fatimah sampai ke Surabaya disambut Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

“Saya sangat bersyukur bisa kembali ke rumah dengan selamat. Selama di Sudan, kami merasakan ketakutan yang luar biasa. Sering gemeteran dengan suara bom dan sura rudal-rudal di sekitar kami,” ujarnya.

Nurul Qomariyah, ibu Ummu Fatimah mengaku sangat bersyukur anaknya dapat diselamatkan dan dievakuasi dari daerah konflik. Sebelumnya, pihak keluarga gelisah setelah anaknya memberi kabar jika di dekat kampusnya terjadi perang antara militer dan paramiliter Sudan.

“Pertama dengar kabar ya gelisah, sahur saja tidak bisa masuk nasi itu, ayahnya juga gitu, duduk bersila pegang HP nunggu kabar dari anaknya. Karena kan anaknya WA ketakutan terus. Setelah dapat kabar sudah sampai Jeddah, baru kami lega,” ujarnya. (*) 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 20 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kedapatan Mencuri di Bus, Pria Asal Jember Diamankan Penumpang Bus di Pasuruan

23 Maret 2025 - 22:10 WIB

Tanaman Ganja Dilarang tapi Tumbuh Subur di Lumajang

23 Maret 2025 - 17:05 WIB

Penemuan Ribuan Koin Kuno di Pasuruan Segera Diteliti

28 Januari 2025 - 16:44 WIB

Target PAD Lumajang Melalui Pajak Sebesar Rp170 Miliar

3 Januari 2025 - 11:03 WIB

Pendapatan PBB-P2 Belum Maksimal, BPRD Lumajang Akan Grebeg Desa yang Capaiannya Rendah

2 Januari 2025 - 16:13 WIB

Antisipasi Lonjakan Penumpang saat Nataru, KAI Daop 9 Jember Operasikan Satu KA Tambahan

25 Desember 2024 - 13:27 WIB

Balos Tampilkan Karakteristik Batik Khas Lumajang

22 Desember 2024 - 15:50 WIB

Diguyur Hujan Deras, Gelora Merdeka Kraksaan Banjir

16 Desember 2024 - 18:19 WIB

Banjir Tahunan Resahkan Warga Pasuruan, Dewan Desak Pemprov Jatim Segera Normalisasi Sungai

16 Desember 2024 - 13:20 WIB

Trending di Berita Pantura