Kue Banjar Khas Kota Probolinggo Cocok untuk Lebaran

Probolinggo – Kota Probolinggo memiliki satu kue khas yang cocok disajikan saat Idul Fitri. Ya, kue tersebut bernama kue banjar, yang proses pembuatannya membutuhkan waktu minimal sebulan untuk membuat adonannya.

Pembuat kue banjar di Kota Probolinggo ini keluarga generasi penerus dari pembuat kue banjar. Mereka tinggal di Jalan KH. Hasan Genggong, Kelurahan Kedung Asem, Kecamatan Wonoasih.

Cara pembuatan kue yang sebagian teksturnya berduri ini diawali dari beras ketan yang disangrai hingga, kemudian ditumbuk hingga benar-benar halus. Proses ini memerlukan waktu berjam-jam.

Kemudian gula, telur, dan soda dicampur dan diaduk dengan menggunakan mixer. Setelah ke tiga bahan ini mengembang, kemudian dicampur dengan beras ketan yang sudah diproses tadi hingga adonan menjadi padat.

“Setelah bahan tersebut dicampur, kemudian adonan yang padat tersebut ditumbuk, menggunakan alat tumbuk tradisional selama 15 menit hingga halus,” ujar salah pembuat kue banjar, Andi Jamaludin (40), Sabtu (15/4/2023).

Setelah halus, barulah adonan masuk proses pembentukan kue. Adonan tersebut dibentuk memanjang bulat seperti buah asem.

Kemudian, pada bulatan tersebut dibentuk berduri, dan pada ujungnya dibentuk lancip.

Setelah dibentuk, adonan ditata di loyang, dan kemudian dioven selama sekitar 15 menit hingga 30 menit. Setelah matang, sebelum di kemas, kue banjar terlebih dahulu didinginkan.

“Kesulitan terletak pada proses sangrai yang membutuhkan waktu lama. Karena kue ini identik dengan kue lebaran, maka, satu bulan sebelum puasa, biasanya keluarga sudah memulai proses sangrai beras ketan,” ujarnya.

Proses mulai menyangrai hingga membentuk adonan ini tidak dilakukan oleh Andi sendiri. Ia dibantu ibunya, Mulyani (70) yang merupakan generasi ke tiga pembuat kue banjar, serta istri Andi bernama Luftia (29).

Baca Juga  Hitung Cepat, 47 Petahana Menangi Pilkades

Untuk rasa sendiri, kue banjar ini cenderung gurih dan empuk saat di gigit. Selain itu gurih yang di dapat dari kue ini berasal dari proses penumbukan, jika saat proses penumbukan hasilnya kurang halus, maka mempengaruhi keempukan kue.

Sementara, Mulyani, ibu Andi yang merupakan generasi ke tiga pembuat kue banjar ini mengaku awalnya, kue banjar ini di bawa ke Kota Probolinggo oleh neneknya yang merupakan warga asli Tionghoa pada zaman kolonial Belanda. Sehingga akhirnya resep kue banjar tersebut diturunkan kepada dirinya.

“Dulu banyak keluarga yang membuat kue banjar ini, hingga akhirnya, hanya saya dan pamannya saja yang saat ini tetap melestarikan kue banjar ini,” ujarnya.

Untuk kue banjar ini sendiri dijual dengan harga Rp45 ribu dengan kemasan mika berisi 50 kue banjar ukuran kecil dan Rp65 ribu dengan kemasan mika berisi 50 kue banjar ukuran beras.

“Sampai saat ini kue yang saya produksi sudah banyak di pesan khususnya menjelang Idul Fitri, mulai dari pesanan di Kota Probolinggo sendiri, hingga luar kota seperti, Jakarta, Bandung, Kalimantan, Sulawesi, hingga dikirim ke Malaysia,” imbuhnya.(*) 

 

Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Zainul Hasan R.

Baca Juga

Beras Impor 8.200 Ton Tiba di Probolinggo, Dibongkar di Pelabuhan

Probolinggo,- Ribuan ton beras impor tiba di Dermaga II Terminal Umum, Pelabuhan Delta Artha Bahari …