Menu

Mode Gelap
Ratusan Fotografer Serbu Safari Prigen, Buru Momen Satwa Terbaik Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur Di Kota Probolinggo, Bayi Perempuan Ditemukan di Teras Rumah, Dilengkapi Surat Wasiat Stok BBM di Jember Kini Normal, Mobilitas Masyarakat Kembali Lancar Pemkot Probolinggo Batalkan Rencana Bangun SMPN di Wilayah Barat, Disdikbud Beberkan Alasan Mengenal Roisatul Muttaqin Alalloh, Dara Cantik asal Jorongan Probolinggo yang Wakili Indonesia di 3 Negara

Religi & Pesantren · 6 Nov 2022 09:07 WIB

Tak Sekedar Seru-seruan, ‘Ngeliwet’ Bareng di Lumajang Ternyata Sarat Makna


					SARAT MAKNA: Wakil Ketua DPRD Lumajang, Bukasan, saat mengikuti lomba 'Ngeliwet' di halaman Pemkab Lumajang. (foto: Asmadi). Perbesar

SARAT MAKNA: Wakil Ketua DPRD Lumajang, Bukasan, saat mengikuti lomba 'Ngeliwet' di halaman Pemkab Lumajang. (foto: Asmadi).

DARATLumajang,- Lomba ‘ngeliwet’ yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) 2022, Sabtu (5/11/22) malam, bukan sekedar seru-seruan belaka.

Lebih dari itu, lomba yang digelar di depan kantor Pemkab Lumajang dan diikuti oleh unsur Forkopimda, Kantor Kementerian Agama, hingga para kiai muda pengasuh pesantren setempat itu, mempunyai pesan moral yang mendalam.

Wakil Ketua DPRD Lumajang, Bukasan mengatakan, setelah mengikuti lomba ngeliwet nasi, ia terbawa suasana saat  masih menimba ilmu di pondok pesantren, puluhan tahun silam.

“Hari ini seperti hari dimana kita sedang menimba ilmu di pondok pesantren. Saat itu saya setiap hari memasak nasi liwet untuk makan pagi siang dan malam,” ungkapnya.

Selain itu, kesan penting lain yang ditangkapnya dalam lomba ini adalah munculnya kesadaran akan peran penting sosok perempuan. Setiap pagi, siang dan malam, perempuan harus menyiapkan makan untuk keluarga.

Menurutnya, berkaca atas hal itu, maka kesetaraan gender tidak semestinya hanya sekedar wacana. “Terlebih posisi laki-laki dan perempuan dinilai sama tanpa ada perbedaan,” ujarnya.

Bukasan menegaskan, tidak ada perdaan antara laki-laki dan perempuan. Termasuk soal tanggung jawab terhadap keluarga, seperti halnya memasak.

“Kalau perempuan bisa memasak dan kerja, laki-laki juga harus bisa juga semuanya,” Bukasan menambahkan.

Belum lagi, lanjut Bukasan, saat seorang perempuan melahirkan, sudah bukan rahasia umum apabila suaminya yang menggantikan posisinya untuk menjalankan pekerjaan rumah tangga.

“Membantu menyelesaikan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mencuci baju, membersihkan rumah, hingga memasak, itu sudah pasti” jelasnya.

Dengan beberapa pekerjaan tersebut, setidaknya meringankan beban istri sehingga tidak membuatnya stres. Dengan begitu, istri bisa mendapatkan waktu istirahat yang cukup sehingga maksimal dalam menangani si buah hati.

“Itulah kesan berharga dalam lomba ini. Selain mengingat pada masa-masa mondok dulu, juga mengingat pentingnya peran seorang suami ketika istrinya setelah melahirkan,” pungkas dia.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq menyebut, lomba ngeliwet menjadi mengingat masa lalu ketika ia dan sejumlah peserta yang pernah nyantri, menimba ilmu di pondok pesantren.

“Lomba ini diadakan untuk mengenang waktu menjadi santri. Jadi masa lalu sebagai santri itu sangat menyenangkan dan hari ini kita nikmati lagi setelah mengadakan lomba ini,” jelas Thoriq. (*)

 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: Zainullah F

Artikel ini telah dibaca 41 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Dari Tumpeng hingga Sayuran, Warga Berebut Isi Jolen Penuh Kegembiraan

28 Juli 2025 - 14:24 WIB

Ada Nilai Filosofis Calon Arang dalam Pementasan Seni Menyuarakan Dharma

21 Juli 2025 - 09:26 WIB

Tradisi Tak Lekang Waktu, Bhakti Penganyar Jadi Jembatan Budaya Bali dan Jawa

18 Juli 2025 - 15:00 WIB

1.923 Petani Lumajang Tercakup Asuransi Usaha Tani Padi

10 Juli 2025 - 16:52 WIB

Cok Ace Dorong Kolaborasi Budaya Bali dengan Lumajang

10 Juli 2025 - 16:21 WIB

Diresmikan Saat Purnama 1992, Pura di Senduro Kini Jadi Titik Sakral Umat Hindu

10 Juli 2025 - 15:52 WIB

Pujawali Rama Satunggal Warsa, Momen Pererat Persaudaraan Umat Hindu se-Nusantara

6 Juli 2025 - 18:02 WIB

Trending di Budaya