Menu

Mode Gelap
Angka Kemiskinan Kota Probolinggo Tahun 2025 Turun Jadi 5,69 Persen, Masuk 6 Besar di Jatim Lumajang Beradaptasi dengan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Pembangunan Infrastruktur Wanita di Winongan Dihadang Begal, Motor, HP, dan Uang Tunai Amblas Penerbangan Perdana Jember–Jakarta Kembali Ditunda, Dijadwalkan 23 September 2025 Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas

Lingkungan · 23 Okt 2022 19:32 WIB

Produksi Terganggu Hujan, Perajin Naikkan Harga Batu Bata


					Produksi Terganggu Hujan, Perajin Naikkan Harga Batu Bata Perbesar

Kraksaan,- Sejak awal Oktober 2022, cuaca ekstrim melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur, tak terkecuali Kabupaten Probolinggo. Salah satu imbasnya, produksi batu bata tersendat.

Salah seorang perajin batu bata, Abdur Rahman (45) mengatakan, akibat cuaca ekstrim yang terjadi sejak awal Oktober 2022 ini, produksi batu bata yang dikelolanya menurun drastis.

“Ya mengurangi hasil produksi. Biasanya saya dibantu istri per hari bisa cetak seribu baru bata. Tapi sekarang hasilnya tidak sampai seribu, paling banyak 600 sampai 700 batu bata per hari,” kata Rahman, Minggu (23/10/22).

Kondisi cuaca yang tidak bersahabat, membuat Rahman terpaksa menaikkan harga jual. Sebab saat ini, proses pengeringan batu bata lebih lama sehingga ongkos produksi pun bertambah.

Jika cuaca cerah, imbuh Rahman, ia membanderol batu bata hasil tangannya dengan harga normal Rp370 ribu per seribu biji. Namun tidak demikian halnya saat ini.

“Lantaran proses produksi saat ini memakan waktu lama, maka harga saya naikkan Rp 390 ribu per seribu biji,” imbuh warga Desa Bulu, Kecamatan Kraksaan ini.

“Sebenarnya mau menaikkan harga itu tidak enak, karena lakunya sulit. Tapi kalau keadaannya seperti ini, kalau saya tidak menaikkan harga ya saya yang kewalahan,” curhatnya.

Keluhan senada diungkapkan perajin batu bata lainnya di Desa / Kecamatan Krejengan, Muhid (50). Ia mengaku saat ini merasa kesulitan untuk mendapatkan pembeli.

“Kalau disini harga tetap normal Rp370 ribu per 1000 biji, takut tidak laku kalau mahal. Yang penting saya dapat pembeli walaupun hasilnya tidak seberapa dan resikonya cukup berbahaya,” ujar dia.

“Sekarang bukan cuma hujan, angin juga besar. Tempat produksi saya kecil seperti ini kalau kena angin ini bisa roboh, otomatis hilang semua batu bata saya ini,” ungkapnya menambahkan. (*)

 

Editor : Efendi Muhammad

Publisher : Zainullah FT

Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing

18 September 2025 - 17:22 WIB

Cold Storage dan D’Ozone, Senjata Baru Lumajang Jaga Mutu dan Harga

18 September 2025 - 16:33 WIB

Pasokan Berkurang, Harga Daging Ayam Potong di Probolinggo Tembus Rp40 Ribu/Kg

18 September 2025 - 14:58 WIB

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru

17 September 2025 - 20:06 WIB

Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September

17 September 2025 - 19:52 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kemarau Basah Picu Risiko Banjir Lahar Semeru, Enam Kecamatan Masuk Zona Rawan

17 September 2025 - 16:25 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Trending di Ekonomi