Menu

Mode Gelap
Ancaman TSNA Bayangi Petani Tembakau Lumajang Jelang Panen Tanggapi Isu Korban Meninggal, Bupati Lumajang: Tak Bisa Dikatakan Karena Sound Horeg Solar Tumpah di Jalan, Warga Berebut Tanpa Peduli Bahaya dan Aturan Musim Kemarau Tiba, Waspadai Karhutla di Kawasan Gunung Bromo Ninik Ira Wibawati Akan Pensiun, Pemkot Probolinggo Segera Tunjuk Pj. Sekda Jambret Bercelurit Lukai Korban di Kota Pasuruan, Polisi Buru Pelaku

Religi & Pesantren · 23 Okt 2022 13:01 WIB

Mengenal Ning Syifa, Pengasuh Pesantren yang Jadi Pebisnis Ulung


					PEBISNIS: Pengasuh Pondok Pesantren Baitus Sholihin Genggong, Ning Syifa, saat berada di toko butik miliknya. (foto: Haliza) Perbesar

PEBISNIS: Pengasuh Pondok Pesantren Baitus Sholihin Genggong, Ning Syifa, saat berada di toko butik miliknya. (foto: Haliza)

Pajarakan,- Namanya Syiblia Hafsa Hasinah Iramani (30). Namun wanita kelahiran 26 Oktober 1992 silam, lebih dikenal dengan panggilan Ning Syifa.

Tak heran jika didepan nama wanita berhijab itu tersemat Ning. Sebab ia adalah salah satu dewan pengasuh Pondok Pesantren Baitus Sholihin Genggong Timur, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo.

Ditengah kesibukannya menjadi pengasuh pesantren sekaligus menjadi ibu rumah tangga bagi 3 orang anak dan suaminya, nyatanya tak menghalangi bakat bisnis Ning Syifa.

Saat ini, Ning Syifa menggeluti dunia fashion dengan mendirikan butik. Setidaknya, hal itu diketahui dari akun instagramnya @zineyshopp yang sudah diikuti ribuan followers.

“Alhamdulillah, usaha fashion ini sudah saya jalani kurang lebih 13 tahun,” tutur Ning Syifa saat berbincang dengan wartawan PANTURA7.com.

Menurutnya, salah satu tujuannya berbisnis adalah menelurkan semangat bagi umat Islam untuk mandiri ekonomi yakni dengan berniaga. Jika perekonomian umat islam kokoh, maka kemajuan peradabannya bakal lebih mudah.

“Dengan begitu, maka perekonomian Islam akan bangkit. Agama (juga) tidak akan mudah terjual dengan (iming-iminh) ekonomi,” jelas istri KH. Mohammad Hasan Maulana atau Nun Diego ini.

Teladani Siti Khadijah RA

Ia menyampaikan, perempuan harus bisa meneladani Sayyidah Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW. Perempuan yang bisa menjadi saudagar kaya dan tidak pasrah dengan kodrat sebagai ibu rumah tangga.

Selain itu, imbuhnya, tujuannya berbisnis adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan sekaligus sebagai ladang dakwah dalam kapasitasnya sebagai pengasuh pesantren.

“Karyawan toko saya saat ini ada yang non muslim. Saya berharap, semoga nanti dia bisa menjadi mualaf,” tuturnya.

Ning Syifa mengaku, menjalani hidup multi peran sama sekali tidak membebaninya. Justru ia senang dapat berbagi waktu dengan keluarga, santri dan customernya sekaligus.

“Awalnya sih menjadi tantangan berat, tapi lama kelamaan menjadi hal biasa. Apalagi saya selalu didukung oleh suami dan orang tua, juga diiringi dengan banyak berdoa dan ikhtiar,” ungkap dia.

Dididik Mandiri

Dengan berbisnis, dijelaskan Ning Syifa, wawasan menjadi lebih luas dan tidak hanya berkutat di rumah dan lingkungan pesantren.

Sejak kecil, ia juga sudah dididik untuk mandiri oleh kedua orang tuanya, terutama sang ayah, KH. Muhammad Hasan Ainul Yaqin atau Gus Nunung.

“Alhamdulillah didikan orang tua sejak kecil yang menjadikan saya seperti ini, saya selalu diajarkan untuk mandiri dan mau capek. Tujuannya nanti agar tidak selalu bergantung kepada orang tua dan suami,” tambahnya.

Putri Gus Nunung dengan Ning Debby Fera Masari Irama (anak Rhoma Irama) ini berharap, santri-santrinya di pesantren, tidak ragu untuk menggeluti bisnis jika nantinya mereka sudah keluar dari pesantren.

“Jangan pernah menjadi perempuan yang tidak mempunyai prestasi apapun. Jangan menjadi perempuan yang mudah goyah, harus bisa menjadi perempuan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” harapnya.

Diketahui, saat ini Ning Syifa tidak hanya menjadi pemilik toko butik, yang dijual secara online dan offline. Selain itu, ia juga membuka bisnis snack serta fried chicken. (*)

 

Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainullah FT

Artikel ini telah dibaca 652 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Ancaman TSNA Bayangi Petani Tembakau Lumajang Jelang Panen

7 Agustus 2025 - 12:05 WIB

Susu Kambing Senduro, dari Peternakan ke Gelas, Bisnis Sehat ala Anak Muda Lumajang

6 Agustus 2025 - 16:09 WIB

Kekeringan, Petani Tunjungrejo Lumajang Terancam Gagal Panen

5 Agustus 2025 - 10:59 WIB

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Trending di Ekonomi