Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Tegaskan Larangan Tahan Ijazah dan Wajib Patuhi UMK Ditengah Efisiensi, Pemkot Probolinggo Digerojok Anggaran Rp40 Miliar untuk Perbaiki Infrastruktur Hari Buruh Internasional, Mahasiswa dan Pekerja Lurug Gedung DPRD Jember Futsal Gagal Melenggang, KONI Kota Probolinggo Sisakan 32 Cabor di Porprov Jatim 2025 Kuota Haji Lumajang 2025 Menurun Peringati Hari Buruh, Pemkab Probolinggo Ajak Serikat Pekerja dan Pengusaha Perkuat Kolaborasi

Ekonomi · 12 Okt 2022 12:14 WIB

PMK di Lumajang Masih Menyebar, Peternak Sapi Perah Kewalahan 


					PMK di Lumajang Masih Menyebar, Peternak Sapi Perah Kewalahan  Perbesar

Lumajang,- Serangan virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Lumajang nyatanya belum sepenuhnya reda. Hingga saat ini masih saja ada hewan ternak yang terjangkit penyakit tersebut.

Kasus ini tentu akan menjadi peluang bagi penyebaran penyakit tersebut ke hewan ternak lain di Kabupaten Lumajang. Alhasil, pemerintah setempat pun mau tidak mau harus kembali menggencarkan vaksinasi ternak, khusus jenis sapi.

Seperti yang dilakukan di Desa Kandangtepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Ternak di kawasan lereng Gunung Semeru ini menjadi salah satu sasaran vaksinasi ternak.

Mayoritas ternak yang disuntik vaksin adalah sapi perah. Diketahui, kawasan ini merupakan salah satu sentra penghasil susu perah di Lumajang.

Awalnya, sapi perah diberi antigen khusus yang disebut-sebut bisa merangsang kekebalan hewan ternak, seusai terserang PMK. Namun, banyak peternak mengeluh lantaran langkah itu tidak terlalu berdampak.

“Imbasnya yang paling terlihat pada produksi susunya. Karena biasanya satu ekor sapi bisa menghasilkan sepuluh liter. Tetapi sejak PMK, rata-rata satu ekor itu hanya 5 liter,” ungkap Salim, salah seorang peternak susu perah di Kecamatan Senduro, Rabu (12/10/22).

Salim menyampaikan, meskipun dirinya memiliki 30 ekor sapi perah, namun tidak semua sapinya bisa diperah. Sebab, hingga saat ini, sebagian besar sapi perah yang ada di Kecamatan Sebduro masih dalam proses penyembuhan PMK.

Bahkan dari 30 ekor sapi perah miliknya, hanya 14 ekor yang bisa diperah. Itu pun, satu ekor sapi, saat ini tidak pernah menghasilkan belasan liter susu.

Paling banyak sekarang, menurut Salim, hanya menghasilkan sekitar 8 liter susu. “Bisa-bisa peternak sapi perah seperti kami ini buntung,” keluh dia.

Kerugian selalu menjadi bayang-bayang karena peternak terbiasa mengambil laba dari akumulasi kuantitas. Jika produktivitas sapi perah turun, ancamannya laba peternak hanya cukup untuk balik modal.

Bahkan, dikatakan Salim, memungkinkan peternak tekor jika sapi perah tak kunjung menghasilkan jumlah liter susu yang maksimal, seperti biasanya.

“Koperasi Unit Desa (KUD) mematok harga Rp6.200 untuk satu liter susu. Sebenarnya bagi kami, kalau harga segitu, nutut untuk operasional dengan catatan semua sapi tidak terdampak PMK dan bisa diperah,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 32 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Penderita TBC di Lumajang Menurun, Dinkes Lumajang Klaim Upaya Pencegahan Efektif

28 April 2025 - 14:47 WIB

Pasien dan Keluarga Keluhkan Pelayanan RSUD dr. Haryoto Lumajang

28 April 2025 - 12:33 WIB

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko

25 April 2025 - 13:32 WIB

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Tiga Bulan, Pemkot Probolinggo Vaksin 3 Ribu Ekor Sapi

18 April 2025 - 18:40 WIB

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Pemkab Jember Luncurkan UHC Prioritas, Seluruh Warga Kini Bisa Berobat Gratis

10 April 2025 - 22:31 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Trending di Ekonomi