Menu

Mode Gelap
Jelang Musim Hujan, 7 Wilayah KAI Daops 9 Jember Rawan Terdampak Bencana Alam Cegah Penyakit Sejak Dini, 52 Siswa MI Tarbiyatul Mubtadiin Terima Vaksin MR dan HPV Pemkab Lumajang Tanggung Biaya Perawatan Korban Kecelakaan, Bupati Langsung Kunjungi RS Diguyur Hujan Dua Hari, Jembatan Penghubung Kecamatan di Lumajang Putus Total Polres Probolinggo Kota Ringkus 10 Tersangka Narkoba Jaringan Madura, Sita 39,66 Gram Sabu Mantab! 5.831 Honorer di Situbondo Diangkat jadi PPPK Paruh Waktu

Ekonomi · 15 Jul 2022 16:12 WIB

‘Kampung Sagu’ di Probolinggo, Warganya Olah Aren Jadi Tepung


					‘Kampung Sagu’ di Probolinggo, Warganya Olah Aren Jadi Tepung Perbesar

PROBOLINGGO – Pohon aren (Arengga pinnata) banyak dijumpai tumbuh subur di lereng-lereng pegunungan. Termasuk di sebagian desa di Kabupaten Probolinggo.

Pohon aren mirip dengan pohon rumbia (Metroxylon sagu) yang banyak tumbuh di dataran rendah di kawasan Indonesia timur seperti, Maluka dan Papua. Bahkan bubur sagu atau papeda menjadi makanan pokok warga setempat.

Baik aren maupun rumbia, batangnya memang mengandung empulur, yang bisa menghasilkan tepung. Tepung tersebut mengandung karbohidrat yang bisa mengenyangkan perut seperti halnya nasi.

Masyarakat sering menyepu tepung yang dihasilkan kedua tanaman yang masuk keluarga palem itu sebagai tepung sagu. Tepung sagu pun bisa diolah menjadi aneka makanan mulai, bubur, mie, kerupuk, kue, hingga pentol bakso.

Di Kabupaten Probolinggo, pohon aren tersebar di sejumlah desa di kawasan pegunungan. Termasuk di Dusun Dusun Sawah Kembang, Desa Duren, Kecamatan Gading. Sebagian warga dusun tersebut memiliki keahlian mengolah batang aren menjadi tepung sagu.

Tercatat, sekitar 40 kepala keluarga (KK) di dusun tersembut menggantungkan mata pencahariannya dari keterampilan mengolah pohon aren.

Banyaknya warga yang mata pencahariannya dihasilkan dari menjual hasil olahan aren tersebut, membuat Dusun Sawah Kembang dikenal masyarakat sekitar sebagai Dusun Kampung Sagu. Bahkan, di pinggir jalanan desa yang ada di dusun tersebut banyak berjejer terpal dengan tepung sagu yang sedang dijemur.

Safari (31) perajin tepung sagu setempat mengatakan, kerajinan tersebut sudah digeluti warga setempat sejak puluhan tahun lalu. Bahkan, pada tahun 1990-an, sudah ada warga setempat yang mulai memproses pembuatan tepung sagu dengan bermodal pohon aren.

“Sejak presidennya Gus Dur, di sini sudah ada. Cuma saat itu proses pengambilan seratnya masih ditumbuk, kalau sekarang kan sudah modern, jadi sudah gunakan selep,” katanya, Jumat (15/7/2022).

Ia menjelaskan, pengolahan batang aren menjadi tepung sagu tersebut bukan hanya dilakukan oleh kaum Adam. Yang laki-laki ada yang bertugas melakukan penebangan pohon aren, ada pula yang disibukkan dengan proses penyelepan pohon aren untuk diambil seratnya.

Sedangkan, yang perempuan bertugas untuk melakukan pemerasan serat pohon aren untuk diambil intisarinya sebelum menjadi tepung. “Kesehariannya memang sudah sibuk dengan pengolahan sagu ini,” kata Safari.

Namun menurutnya, pengolahan kayu untuk menjadi tepung tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan. Butuh waktu berhari-hari dalam prosesnya. Mulanya, ia harus mencari kayu aren yang berisi serat tepung di dalamnya.

Sebab, tidak semua batang aren berisi serat tepung. Sebagian pohon aren hanya bisa digunakan untuk memproduksi gula merah.

“Pohonnya dilubangi dengan besi, nanti ketika ditarik, kalau besinya berisi tepung, baru bisa digunakan. Tapi kalau yang keluar air, itu untuk pembuatan gula,” terangnya.

Setelah ditebang, pohon aren tersebut harus segera diselep untuk menghasilkan kualitas tepung yang bagus. Pasalnya, jika dibiarkan terlalu lama, pohon aren yang sudah ditebang tersebut akan membusuk dan tidak bisa diolah menjadi tepung.

Serat yang dihasilkan dari proses penyelepan itu kemudian langsung disiram dengan air bersih untuk diambil intisarinya. Setelah intisarinya terambil, serat pohon aren tersebut kemudian dibuang. Sedangkan airnya diendapkan sekitar dua jam sebelum dibuang.

“Setelah dua jam itu, intisarinya kan sudah mengendap di bawah, dan masih menjadi tepung basah, airnya dibuang, kemudian dijemur tepungnya,” terangnya.

Safari melanjutkan, pada musim yang tidak menentu seperti ini, poses penjemuran tepung sagu menjadi semakin lama. Jika pada kondisi cuaca normal, hanya diperlukan dua hari untuk melakukan penjemuran, namun jika kondisi sering hujan, penjurannya membutuhkan waktu lima hari.

Memang perajin setempat tidak biasa menggunakan kipas angin untuk melakukan pengereringan. Satu-satunya cara untuk melakukan pengeringan hanya mengandalkan sinar matahari.

Saat ini, hujan yang masih sering terjadi, membuat para perajin tepung di dusun tersebut kelimpungan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sebab, pekerjaan sampingan dari para perajin tepung sagu di dusun setempat hanya mengandalkan hasil dari lahan perkebunannya.

“Kalau sudah musim hujan seperti ini bukan hanya sagunya yang terhambat, perekonoiam juga,” ucapnya.

Sementara itu, Ahmadi, warga desa setempat mengungkapkan, sejak puluhan tahun yang lalu Dusun Sawah Kembang memang dikenal sebagai tempat pengolahan tepung sagu. Bahkan, jika stok pohon aren milik para perajin sudah tidak ada yang bisa ditebang, maka para perajin tersebut tak segan untuk membeli pohon aren ke warga lain yang memilikinya.

“Dari dulu memang sudah produksi tepung kalau di Sawah Kembang, bahkan perajinnya rela membeli pohon aren dengan harga Rp250 ribu per pohonnya,” paparnya. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.

Artikel ini telah dibaca 92 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing

18 September 2025 - 17:22 WIB

Cold Storage dan D’Ozone, Senjata Baru Lumajang Jaga Mutu dan Harga

18 September 2025 - 16:33 WIB

Pasokan Berkurang, Harga Daging Ayam Potong di Probolinggo Tembus Rp40 Ribu/Kg

18 September 2025 - 14:58 WIB

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Trending di Ekonomi