Menu

Mode Gelap
Angka Kemiskinan Kota Probolinggo Tahun 2025 Turun Jadi 5,69 Persen, Masuk 6 Besar di Jatim Lumajang Beradaptasi dengan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Pembangunan Infrastruktur Wanita di Winongan Dihadang Begal, Motor, HP, dan Uang Tunai Amblas Penerbangan Perdana Jember–Jakarta Kembali Ditunda, Dijadwalkan 23 September 2025 Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas

Pemerintahan · 16 Mei 2022 17:47 WIB

Ribuan Ternak di 5 Kecamatan Terancam Wabah PMK


					Ribuan Ternak di 5 Kecamatan Terancam Wabah PMK Perbesar

Probolinggo,- Merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku(PMK) membuat Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Probolinggo mengingatkan, para peternak tetap waspada menjaga hewan ternaknya sesuai sesuai anjuran pemerintah.

Pasalnya, dari data ternak sakit dan populasi terancam di Kabupaten Probolinggo, khususnya bagi sapi potong. Terdapat lima kecamatan yang berpotensi populasi sapi potongnya terancam wabah PMK dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

Dari lima kecamatan itu yakni, Kecamatan Kuripan sebanyak 8.545 ekor sapi terancam dan bahkan 108 ekor sakit. Lalu Kecamatan Leces sebanyak 8.785 ekor terancam dan 7 ekor sakit, kemudian Kecamatan Bantaran sebanyak 21.533 ekor terancam dan 211 ekor sakit.

Berikutnya, Kecamatan Dringu sebanyak 6.166 ekor terancam dan 5 ekor sakit, lalu Kecamatan Maron sebanyak 13.772 ekor terancam dan 6 ekor sakit. Terakhir Kecamatan Wonomerto sebanyak 16.593 sapi potong terancam dan 57 ekor sakit dan 7 ekor dinyatakan sembuh.

Jika dilihat dari persentase ancaman tersebut, untuk Kecamatan Kuripan sekitar 1.264 persen, Leces 0,080 persen, Bantaran 0,980 persen, Dringu 0,081 persen, Maron 0,044 persen dan yang terakhir Kecamatan Wonomerto dengan persentase 0,344 persen.

“Oleh karena itu, meningkatkan kewaspadaannya bagi para peternak khususnya di lima kecamatan ini harus dilakukan. Karena dari data sementara masih tujuh ekor sapi yang sembuh dari sakitnya,” kata Kepala DPKH Kabupaten Probolinggo, Yahyadi, Senin (16/5/2022).

Dikatakan Yahyadi, mengapa para peternak harus waspada dan tidak menyepelekan wabah PMK ini, dikarenakan penyebaran penyakit ini sangat cepat dan meluas mengikuti lalu lintas ternak dan produknya. Terlebih, pengendalian sangat sulit dan membutuhkan biaya besar.

“Seperti pengobatan dan lain-lainnya, sehingga nanti dampaknya bisa menimbulkan kerugian ekonomi sangat tingga karena berat badan sapi turun yang otomatis berdampak kepada harga di pasarannanti. Kalau sudah turun, bukan hal mustahil lagi pasar bakal tutup,” ujar Yahyadi. (*)

Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : Zainul Hasan R.

Artikel ini telah dibaca 21 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Lumajang Beradaptasi dengan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Pembangunan Infrastruktur

18 September 2025 - 19:00 WIB

Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing

18 September 2025 - 17:22 WIB

Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas

18 September 2025 - 16:56 WIB

Cold Storage dan D’Ozone, Senjata Baru Lumajang Jaga Mutu dan Harga

18 September 2025 - 16:33 WIB

Wow! Pimpinan DPRD Kabupaten Pasuruan Bakal Dibuatkan Rumah Dinas Seharga Rp10 Miliar

18 September 2025 - 15:11 WIB

Pasokan Berkurang, Harga Daging Ayam Potong di Probolinggo Tembus Rp40 Ribu/Kg

18 September 2025 - 14:58 WIB

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Di Lumajang, Anak-anak Bisa Pilih Menu Makan Bergizi Sendiri

17 September 2025 - 14:56 WIB

Trending di Pemerintahan