Menu

Mode Gelap
KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei Jadi Tuan Rumah Pesta Miras yang Tewaskan 2 Orang, Kades Temenggungan Ngaku Tidak Tahu

Ekonomi · 24 Feb 2022 17:06 WIB

Harga Kedelai Terus Naik, DKUPP Akan Pantau Pemicunya


					Harga Kedelai Terus Naik, DKUPP Akan Pantau Pemicunya Perbesar

Probolinggo – Selain minyak goreng, kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe juga dikeluhkan warga. Menyikapi hal ini, Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo akan mengecek pemicu naiknya harga kedelai.

Kepala DKUPP, Fitriawati mengatakan, naiknya harga kedelai ini merata di hampir semua daerah,. Bahkan, di sejumlah daerah lain harga kedelai lebih mahal dibandingkan di Kota Probolinggo yang menyentuh harga Rp11.000-14. 000 per kilogram (Kg).

“Para produsen tahu dan tempe di Kota Probolinggo ini rata-rata menggunakan kedelai impor, dan jarang menggunakan kedalai lokal. Tentunya kami akan melakukan pengecekan terkait terus naiknya harga kedelai,” ujarnya, Kamis (24/2/2022).

Kenaikan harga kedelai , kata Fitri, diduga karena dua faktor, dimana ketersediaan stok kedelai dan distribusi kedelai ke pedagang. Namun demikian DKUPP akan memastikan kenaikan harga kedelai ini karena faktor yang mana.

“Dibandingkan daerah lain, harga kedelai di Kota Probolinggo ini murah, karena pemasok kedelai ini punya link langsung ke distributor, namun demikian, kami berharap, harga kedelai ini kembali normal, sehingga, harga tahu dan tempe juga kembali turun,” imbuh Fitri.

Diketahui, sejak sebulan lalu, perajin tahu dan tempe di Kota Probolinggo mengeluh. Hal ini karena kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe terus melambung.

Untuk menyiasatinya, sejumlah pembuat tahu dan tempe memperkecil ukuran. Bahkan ada perusahaan tahu yang merumahkan pekerjanya. Tujuannya, efisiensi sehungga industri kecil itu tidak sampai tutup. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Albafillah

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko

25 April 2025 - 13:32 WIB

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Trending di Ekonomi