Probolinggo – Bagi sebagian orang, menikmati kopi di warung maupun kafe di kawasan wisata Gunung Bromo hal biasa. Namun bagaimana rasanya menikmati kopi yang diaduk dengan mesin bor?
Ya, kopi bor ini hanya ada di wisata Gunung Bromo, yang dijual pedagang kopi keliling. Saat Anda berkunjung ke Gunung Bromo, khususnya di padang savana, Anda akan banyak menemui pedagang kopi keliling.
Namun ada pedagang kopi, Suwignyo (37), warga Jemplang, Kabupaten Malang yang sajian kopinya berbeda. Secara umum pembuatan kopi yang dijual Suwignyo seperti pembuatan kopi pada umumnya, namun kopi serta cara mengaduknya yang berbeda.
Suwignyo sendiri menjual Kopi Bromo Tengger, kopi unggulan warga Tengger. Sedangkan kopi lain yang jual yakni kopi susu. Namun, untuk kopinya, Suwigyo tetap menggunakan Kopi Bromo Tengger.
“Yang berbeda dengan kopi-kopi yang lain yakni cara mengaduknya, di mana saya menggunakan mesin bor. Mata bor saya ganti dengan menggunakan sendok, selain otomatis, proses pengadukan bisa lebih cepat,” ujarnya.
Ide kopi bor itu sendiri, bermula saat pandemi Covid-19, dimana ia harus beralih profesi dari kuli bangunan menjadi penjual kopi. Dari situlah, mesin bor ia gunakan untuk mengaduk kopi. Selain untuk mempecepat proses pengadukan, juga sebagai ciri khas ia berjualan kopi.
Suwignyo sendiri menjual kopi bor, per gelas dengan harga Rp5.000, sama seperti harga kopi pada penjual lainnya. Namun yang membedakan yakni cara mengaduknya yang khas.
“Bersyukur, dengan berjualan kopi bor ini, banyak wisatawan yang membeli kopi saya. Tak jarang banyak orang bertanya, dan penasaran karena kopi diaduk dengan mesin bor,” imbuhnya.
Salah satu wisatawan asal Probolinggo, Adrianto mengatakan, kopi bor ini unik. Selain diaduk dengan mesin bor, rasa Kopi Bromo Tengger juga khas, sangat khas.
“Saya sering ke Gunung Bromo, karena dekat. Namun, ketika saya ke Bromo yang tidak saya lewatkan yakni menikmati kopi bor, sambil menyaksikan keindahan Gunung Bromo,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Albafillah