Menu

Mode Gelap
Sungai Diubah Jadi Daratan, Lahan Negara 9.600 Meter Persegi di Lumajang Hilang Gudang Produksi Mebel di Pasuruan Terbakar, Penyebab Belum Diketahui Karnaval Berujung Maut, Bupati Lumajang Akan Evaluasi Sound Horeg Viral! Video Detik-Detik Warga Lumajang Tersungkur Saat Karnaval Sound Horeg Marsda Anumerta Fajar Adriyanto Dimakamkan di Probolinggo KPK Mulai Gerah! Bakal Jemput Paksa 21 Tersangka Korupsi Dana Hibah Jatim

Ekonomi · 23 Nov 2021 16:19 WIB

Musim Hujan, Harga Garam Tembus Rp 1 Juta per Ton


					Musim Hujan, Harga Garam Tembus Rp 1 Juta per Ton Perbesar

KRAKSAAN,- Memasuki musim hujan, dalam sepekan terakhir, harga garam di Kabupaten Probolinggo naik. Bahkan, saat ini petani garam setempat bisa menjual garam dengan harga Rp1 juta per ton.

Ketua Kelompok Petani Garam, Suparyono mengatakan, naiknya harga jual garam ini tentu menyenangkan petani di Kabupaten Probolinggo. Sebab, sangat jarang, harga garam bisa mencapai Rp 1 juta per ton dalam beberapa tahun terakhir.

“Terakhir harga garam yang mencapai Rp 1 juta itu kalau tidak salah 2017 lalu. Dan baru sekitar 10 hari terakhir harganya kembali bisa tembus Rp 1 juta. Alhamdulillah, meski kerap hujan tapi itu tidak berdampak kepada garam di harga yang fantastis,” kata Suparyono, Selasa (23/11/2021).

Pria asal Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan ini meyakini, tingginya harga garam ini merupakan dampak dari datangnya musim hujan. Banyak petani garam yang tidak lagi bisa memproduksi garam lantaran sering turunnya hujan.

“Untungnya, sulitnya produksi garam ini dibarengi dengan harga garam yang tinggi. Beda dengan tahun lalu, sudah musim hujan, garam tetap saja murah. Karena memang salah satu kendala besar untuk petani garam ya musim hujan ini,” tutur Suparyono.

Sulitnya produksi garam saat musim hujan, lanjut Suparyono, membuat para petani kewalahan untuk memenuhi kebutuhan pasar di daerah tapal kuda. Bahkan, pihaknya saja hanya mampu memproduksi garam maksimal 2,5 ton per pekannya.

Bahkan, sambung dia, petani garam dari Madura yang ikut berjualan di daerah tapal kuda juga tidak mampu memenuhi tingginya kebutuhan pasar. Hal itu membuat petani garam mengurangi stok penjualannya untuk masing-masing pedagang yang ada.

“Kondisi di Madura sama saja dengan di sini, produksinya sulit. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan di daerah Kabupaten Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, hingga di Situbondo kewalahan, jadi harganya fantastis,” ujar Suparyono.

Sementara itu, Kabid Perikanan Tangkap pada Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Probolinggo, Hari Pur Sulistiono mengatakan, musim hujan memang merupakan kendala utama petani garam untuk melakukan produksi. Sehingga, harga jual garam di pasaran naik.

“Di saat produksinya sulit, permintaan pasar tidak mengalami perubahan tinggi tidak hanya di Kabupaten Probolinggo saja, tapi juga di daerah lainnya di tapal kuda, jadi akibatnya harganya naik,” terang Hari. (*)


Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : Albafillah

Artikel ini telah dibaca 21 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek

3 Agustus 2025 - 09:39 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Trending di Ekonomi