Menu

Mode Gelap
Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei

Ekonomi · 23 Nov 2021 16:19 WIB

Musim Hujan, Harga Garam Tembus Rp 1 Juta per Ton


					Musim Hujan, Harga Garam Tembus Rp 1 Juta per Ton Perbesar

KRAKSAAN,- Memasuki musim hujan, dalam sepekan terakhir, harga garam di Kabupaten Probolinggo naik. Bahkan, saat ini petani garam setempat bisa menjual garam dengan harga Rp1 juta per ton.

Ketua Kelompok Petani Garam, Suparyono mengatakan, naiknya harga jual garam ini tentu menyenangkan petani di Kabupaten Probolinggo. Sebab, sangat jarang, harga garam bisa mencapai Rp 1 juta per ton dalam beberapa tahun terakhir.

“Terakhir harga garam yang mencapai Rp 1 juta itu kalau tidak salah 2017 lalu. Dan baru sekitar 10 hari terakhir harganya kembali bisa tembus Rp 1 juta. Alhamdulillah, meski kerap hujan tapi itu tidak berdampak kepada garam di harga yang fantastis,” kata Suparyono, Selasa (23/11/2021).

Pria asal Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan ini meyakini, tingginya harga garam ini merupakan dampak dari datangnya musim hujan. Banyak petani garam yang tidak lagi bisa memproduksi garam lantaran sering turunnya hujan.

“Untungnya, sulitnya produksi garam ini dibarengi dengan harga garam yang tinggi. Beda dengan tahun lalu, sudah musim hujan, garam tetap saja murah. Karena memang salah satu kendala besar untuk petani garam ya musim hujan ini,” tutur Suparyono.

Sulitnya produksi garam saat musim hujan, lanjut Suparyono, membuat para petani kewalahan untuk memenuhi kebutuhan pasar di daerah tapal kuda. Bahkan, pihaknya saja hanya mampu memproduksi garam maksimal 2,5 ton per pekannya.

Bahkan, sambung dia, petani garam dari Madura yang ikut berjualan di daerah tapal kuda juga tidak mampu memenuhi tingginya kebutuhan pasar. Hal itu membuat petani garam mengurangi stok penjualannya untuk masing-masing pedagang yang ada.

“Kondisi di Madura sama saja dengan di sini, produksinya sulit. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan di daerah Kabupaten Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, hingga di Situbondo kewalahan, jadi harganya fantastis,” ujar Suparyono.

Sementara itu, Kabid Perikanan Tangkap pada Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Probolinggo, Hari Pur Sulistiono mengatakan, musim hujan memang merupakan kendala utama petani garam untuk melakukan produksi. Sehingga, harga jual garam di pasaran naik.

“Di saat produksinya sulit, permintaan pasar tidak mengalami perubahan tinggi tidak hanya di Kabupaten Probolinggo saja, tapi juga di daerah lainnya di tapal kuda, jadi akibatnya harganya naik,” terang Hari. (*)


Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : Albafillah

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko

25 April 2025 - 13:32 WIB

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Trending di Ekonomi