Menu

Mode Gelap
Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei

Berita Pantura · 17 Feb 2020 08:23 WIB

Protes Tambang Emas, Warga ‘Ngontel’ Temui Khofifah


					Protes Tambang Emas, Warga ‘Ngontel’ Temui Khofifah Perbesar

KANIGARAN-PANTURA7.com, Aktifitas pertambangan emas di sejumlah kawasan di Kabupaten Banyuwangi, terus menuai protes. Salah satunya digalakkan warga Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, bersama sejumlah aktivis lingkungan.

Mereka melakukan aksi penolakan dengan cara mengayuh sepeda ontel dari Banyuwangi ke Surabaya, untuk menemui Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Rombongan ini tiba di Kota Probolinggo dan beristirahat di halaman museum kota setempat, Senin siang (17/02/2020).

Massa menyebut, penambangan itu memiliki dampak ekologi, karena sering terjadi peledakan (blasting) yang mengagetkan warga. Bahkan banyak sattwa turun gunung dan masuk ke pemukiman akibat habitat alaminya dirusak.

“Penambangan itu juga memicu terjadinya banjir yang menyebabkan tertutupnya karang. Selain itu, ada dampak sosial berupa perselisihan antar keluarga dan tetangga, terkait pro-kontra penambangan,” kata koordinator aksi dari Forum Rakyat Banyuwangi, Usman.

Suasana kawasan tambang emas yang dikeluhkan warga. (Foto : Moch. Rochim)

Ironisnya, lanjut Usman, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi justru memperlancar industri pertambangan tanpa memperhatikan dampak bagi warga sekitar. Harapan warga, jelasnya, kini ada pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

“Di tahun 2011-2012, Bupati Banyuwangi memberikan IUP pertambangan dan meminta rekomendasi, dari hutan lindung turun menjadi hutan produksi,” paparnya.

Warga, sambung Usman, meminta Gubernur Jawa Timur mencabut izin usaha pertambangan (IUP) PT. BSI (Bumi Suryasindo) dan PT. DSI (Damai Suryasindo) yang melakukan penambangan di kawasan Gunung Tumpang Pitu.

“Kami meminta, izin usaha dua perusahaan itu dicabut. Jika tidak, mereka akan memperluas pertambangan di gunung Salakan serta beberapa daerah lain di Kabupaten Banyuwangi,” ulasnya.

Aksi protes dengan cara ‘ngontel’ ini, diikuti 15 orang warga perempuan dan 28 orang kaum pria, yang didampingi aktivis lingkungan dari Forum Rakyat Banyuwangi, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesa (PMII) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Dari Kota Probolinggo, selanjutnya mereka akan melanjutkan perjalanan menyusuri jalur pantura Pasuruan, Sidoarjo lalu Surabaya untuk bertemu Khofifah Indar Parawansa. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta

3 Mei 2025 - 18:48 WIB

Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji

3 Mei 2025 - 09:49 WIB

Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei

2 Mei 2025 - 22:20 WIB

Singa Betina TWSL Kota Probolinggo Bunting, Kandang Mulai Disterilkan

2 Mei 2025 - 18:33 WIB

Kuota Haji Lumajang 2025 Menurun

1 Mei 2025 - 17:10 WIB

Penutupan Tambak Udang Penyebab Limbah Hanya Janji, Warga Surati Pemkab dan DPRD Jember

30 April 2025 - 13:40 WIB

Mengenal Mini Boat Racing, Lomba Perahu Mini Khas Desa Banjarsari Probolinggo

28 April 2025 - 20:59 WIB

Pemkab Probolinggo Kebut Perbaikan Jembatan Rusak, Gunakan Dana Kedaruratan

28 April 2025 - 20:00 WIB

Mengenal Lebih Dekat Sejarah Kereta Api di Lumajang, dari Masa Kolonial hingga Sekarang

26 April 2025 - 18:23 WIB

Trending di Regional