Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Berita Pantura · 17 Feb 2020 08:23 WIB

Protes Tambang Emas, Warga ‘Ngontel’ Temui Khofifah


					Protes Tambang Emas, Warga ‘Ngontel’ Temui Khofifah Perbesar

KANIGARAN-PANTURA7.com, Aktifitas pertambangan emas di sejumlah kawasan di Kabupaten Banyuwangi, terus menuai protes. Salah satunya digalakkan warga Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, bersama sejumlah aktivis lingkungan.

Mereka melakukan aksi penolakan dengan cara mengayuh sepeda ontel dari Banyuwangi ke Surabaya, untuk menemui Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Rombongan ini tiba di Kota Probolinggo dan beristirahat di halaman museum kota setempat, Senin siang (17/02/2020).

Massa menyebut, penambangan itu memiliki dampak ekologi, karena sering terjadi peledakan (blasting) yang mengagetkan warga. Bahkan banyak sattwa turun gunung dan masuk ke pemukiman akibat habitat alaminya dirusak.

“Penambangan itu juga memicu terjadinya banjir yang menyebabkan tertutupnya karang. Selain itu, ada dampak sosial berupa perselisihan antar keluarga dan tetangga, terkait pro-kontra penambangan,” kata koordinator aksi dari Forum Rakyat Banyuwangi, Usman.

Suasana kawasan tambang emas yang dikeluhkan warga. (Foto : Moch. Rochim)

Ironisnya, lanjut Usman, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi justru memperlancar industri pertambangan tanpa memperhatikan dampak bagi warga sekitar. Harapan warga, jelasnya, kini ada pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

“Di tahun 2011-2012, Bupati Banyuwangi memberikan IUP pertambangan dan meminta rekomendasi, dari hutan lindung turun menjadi hutan produksi,” paparnya.

Warga, sambung Usman, meminta Gubernur Jawa Timur mencabut izin usaha pertambangan (IUP) PT. BSI (Bumi Suryasindo) dan PT. DSI (Damai Suryasindo) yang melakukan penambangan di kawasan Gunung Tumpang Pitu.

“Kami meminta, izin usaha dua perusahaan itu dicabut. Jika tidak, mereka akan memperluas pertambangan di gunung Salakan serta beberapa daerah lain di Kabupaten Banyuwangi,” ulasnya.

Aksi protes dengan cara ‘ngontel’ ini, diikuti 15 orang warga perempuan dan 28 orang kaum pria, yang didampingi aktivis lingkungan dari Forum Rakyat Banyuwangi, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesa (PMII) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Dari Kota Probolinggo, selanjutnya mereka akan melanjutkan perjalanan menyusuri jalur pantura Pasuruan, Sidoarjo lalu Surabaya untuk bertemu Khofifah Indar Parawansa. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 26 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru

17 September 2025 - 20:06 WIB

Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September

17 September 2025 - 19:52 WIB

Sidak Pembangunan Gedung Inspektorat, DPRD Kota Probolinggo Pesimis Pengerjaan Tepat Waktu

17 September 2025 - 17:27 WIB

Kemarau Basah Picu Risiko Banjir Lahar Semeru, Enam Kecamatan Masuk Zona Rawan

17 September 2025 - 16:25 WIB

Satpolairud Polres Pasuruan Kota Tempati Gedung Baru di Panggungrejo

16 September 2025 - 18:51 WIB

Pasca Laka Maut di Jalur Bromo, Usulan Pembangunan Jalur Penyelamat Menguat

16 September 2025 - 14:41 WIB

Pemandu Wisata Ilegal Diblacklist 5 Tahun dari TNBTS

16 September 2025 - 13:11 WIB

Rehabilitasi Alun-alun Lumajang Segera Dimulai, DLH Tunggu Terbitnya Jaminan Pelaksanaan

16 September 2025 - 12:35 WIB

Paralayang di Kawasan Bromo Dilarang, Pelanggar Terancam Sanksi Adat

15 September 2025 - 16:32 WIB

Trending di Regional