Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Tegaskan Larangan Tahan Ijazah dan Wajib Patuhi UMK Ditengah Efisiensi, Pemkot Probolinggo Digerojok Anggaran Rp40 Miliar untuk Perbaiki Infrastruktur Hari Buruh Internasional, Mahasiswa dan Pekerja Lurug Gedung DPRD Jember Futsal Gagal Melenggang, KONI Kota Probolinggo Sisakan 32 Cabor di Porprov Jatim 2025 Kuota Haji Lumajang 2025 Menurun Peringati Hari Buruh, Pemkab Probolinggo Ajak Serikat Pekerja dan Pengusaha Perkuat Kolaborasi

Lingkungan · 7 Des 2019 08:56 WIB

Hamparan Buih Cemari Pantai Bohay


					Hamparan Buih Cemari Pantai Bohay Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Hamparan buih atau busa putih menyelimuti Pantai Binor Harmony (Bohay) yang berada di Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Diduga, buih itu bersumber dari limbah Perusahaan Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton.

Pantauan PANTURA7.com, buih yang diperkirakan setebal 10-15 sentimeter itu tak hanya mengganggu eksotika alam perairan Pantai Bohay, namun juga menyebarkan bau amis. Akibatnya, pengunjung tak betah lama-lama berada di bibir pantai.

Salah satu pengunjung, Miftahiyah Hidayati, mengaku kaget dengan hamparan putih yang mengambang di perairan wisata itu. Buih-buih itu, jelasnya, ada yang beterbangan pasca tersapu angin kencang.

“Ya mengganggu, termasuk bagi wisatawan yang lain. Untuk bau menyengat sih enggak, tapi amis gitu,” kata dara cantik ini.

Sementara, Ketua Komunitas Aktivis Lingkungan Binor Green Community (BGC) Anton Sumarsono mengatakan setelah mendapatkan kabar adanya buih tersebut, mulanya ia mengira merupakan faktor alam yang memang sering dijumpai di laut.

“Setelah saya cek, ternyata itu muncul dari outlet PJB UBJOM unit sembilan. Tapi sekarang sudah normal kembali, sudah hilang buih-buihnya,” kata Anton Marsono, saat dikonfirmasi Sabtu (7/12).

Munculnya buih-buih putih agak coklat itu, lanjut pria yang karib disapa Sony ini, ditemukan pada Jum’at (6/12) sekitar pukul 15.00 WIB. Pihaknya lantas melakukan pembersihan karena kuatir mengganggu wisatawan dan merusak ekosistem.

“Ekosistem laut juga takut terganggu, jadi sekitar selesai adzan maghrib kemarin, buih-buihnya sudah bersih,” ujar Sony.

Kekhawatiran itu muncul, menurut Sony, setelah dirinya mengecek buih-buih di permukaan laut. Ketika disentuh dan mengenai kulit, langsung menimbulkan rasa gatal dan agak perih.

“Makanya kami langsung membersihkan. Kalau terkena kulit saja bisa gatal, bagaimana dengan hewan di bawah laut. Ya, sebagai antisipasi saja, takut ada hal-hal yang tidak diinginkan,” tutupnya. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Penutupan Tambak Udang Penyebab Limbah Hanya Janji, Warga Surati Pemkab dan DPRD Jember

30 April 2025 - 13:40 WIB

Pemkab Probolinggo Kebut Perbaikan Jembatan Rusak, Gunakan Dana Kedaruratan

28 April 2025 - 20:00 WIB

Pura Senduro Berharap Dukungan Pemerintah Lumajang Tingkatkan Wisata Budaya

27 April 2025 - 10:23 WIB

Mengenal Sumber Mata Air Gayam, Destinasi Wisata Baru yang Dikunjungi Wali Kota Probolinggo

24 April 2025 - 21:00 WIB

Lindungi Pengguna Jalan, KAI Jember Pasang Portal di Perlintasan Berbahaya

23 April 2025 - 04:52 WIB

Hippa di Lumajang Keluhkan Efektivitas Dam Boreng

22 April 2025 - 19:41 WIB

Pemkot Probolinggo Segera Tata Ulang Alun-alun, Siapkan Anggaran Rp10 M

18 April 2025 - 09:29 WIB

Warga Khawatir, Tanggul Penahan di DAS Gunung Semeru di Sumberwuluh Terkikis

15 April 2025 - 14:15 WIB

Musim Penghujan di Kota Probolinggo Diprediksi Berakhir Akhir April 2025

15 April 2025 - 02:58 WIB

Trending di Lingkungan