Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Lingkungan · 7 Des 2019 08:56 WIB

Hamparan Buih Cemari Pantai Bohay


					Hamparan Buih Cemari Pantai Bohay Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Hamparan buih atau busa putih menyelimuti Pantai Binor Harmony (Bohay) yang berada di Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Diduga, buih itu bersumber dari limbah Perusahaan Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton.

Pantauan PANTURA7.com, buih yang diperkirakan setebal 10-15 sentimeter itu tak hanya mengganggu eksotika alam perairan Pantai Bohay, namun juga menyebarkan bau amis. Akibatnya, pengunjung tak betah lama-lama berada di bibir pantai.

Salah satu pengunjung, Miftahiyah Hidayati, mengaku kaget dengan hamparan putih yang mengambang di perairan wisata itu. Buih-buih itu, jelasnya, ada yang beterbangan pasca tersapu angin kencang.

“Ya mengganggu, termasuk bagi wisatawan yang lain. Untuk bau menyengat sih enggak, tapi amis gitu,” kata dara cantik ini.

Sementara, Ketua Komunitas Aktivis Lingkungan Binor Green Community (BGC) Anton Sumarsono mengatakan setelah mendapatkan kabar adanya buih tersebut, mulanya ia mengira merupakan faktor alam yang memang sering dijumpai di laut.

“Setelah saya cek, ternyata itu muncul dari outlet PJB UBJOM unit sembilan. Tapi sekarang sudah normal kembali, sudah hilang buih-buihnya,” kata Anton Marsono, saat dikonfirmasi Sabtu (7/12).

Munculnya buih-buih putih agak coklat itu, lanjut pria yang karib disapa Sony ini, ditemukan pada Jum’at (6/12) sekitar pukul 15.00 WIB. Pihaknya lantas melakukan pembersihan karena kuatir mengganggu wisatawan dan merusak ekosistem.

“Ekosistem laut juga takut terganggu, jadi sekitar selesai adzan maghrib kemarin, buih-buihnya sudah bersih,” ujar Sony.

Kekhawatiran itu muncul, menurut Sony, setelah dirinya mengecek buih-buih di permukaan laut. Ketika disentuh dan mengenai kulit, langsung menimbulkan rasa gatal dan agak perih.

“Makanya kami langsung membersihkan. Kalau terkena kulit saja bisa gatal, bagaimana dengan hewan di bawah laut. Ya, sebagai antisipasi saja, takut ada hal-hal yang tidak diinginkan,” tutupnya. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 19 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru

17 September 2025 - 20:06 WIB

Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September

17 September 2025 - 19:52 WIB

Kemarau Basah Picu Risiko Banjir Lahar Semeru, Enam Kecamatan Masuk Zona Rawan

17 September 2025 - 16:25 WIB

Mekarnya Tabebuya di Embong Kembar, Ketika Lumajang Menyulap Diri Jadi Negeri Sakura

12 September 2025 - 13:06 WIB

Longsor Tutup Jalur Lumajang-Malang, Sistem Buka-Tutup Diberlakukan

10 September 2025 - 11:42 WIB

Perkuat Jalur Gumitir, Pemasangan Beronjong di Tikungan Khokap Dikebut

27 Agustus 2025 - 03:35 WIB

Cuaca Ekstrem, BPBD Lumajang Ingatkan Hindari Kawasan Rawan Longsor dan Banjir

21 Agustus 2025 - 20:20 WIB

TRC dan Loader Dikerahkan, BPBD Lumajang Buka Akses Jalan Tertimbun Longsor

20 Agustus 2025 - 14:16 WIB

Jelang Perayaan HUT Kemerdekaan RI, Warga Protes Kerusakan Hutan di Kawasan Proyek Tol Probowangi

16 Agustus 2025 - 19:55 WIB

Trending di Lingkungan