Menu

Mode Gelap
Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun Tinjau Pembangunan Jembatan Penghubung Condong – Brabe, Gus Haris Upayakan Akses Permanen Kesetrum Saat Kegiatan Sekolah, Siswa SMPN 3 Kota Pasuruan Tewas Tiga Direktur BUMD Lumajang Mundur, Bupati Siapkan Seleksi Visioner dan Audit PD Semeru Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional Sepasang Kekasih Kena Begal di Jalan Barito Kota Probolinggo, Motor Raib

Lingkungan · 7 Des 2019 08:56 WIB

Hamparan Buih Cemari Pantai Bohay


					Hamparan Buih Cemari Pantai Bohay Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Hamparan buih atau busa putih menyelimuti Pantai Binor Harmony (Bohay) yang berada di Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Diduga, buih itu bersumber dari limbah Perusahaan Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton.

Pantauan PANTURA7.com, buih yang diperkirakan setebal 10-15 sentimeter itu tak hanya mengganggu eksotika alam perairan Pantai Bohay, namun juga menyebarkan bau amis. Akibatnya, pengunjung tak betah lama-lama berada di bibir pantai.

Salah satu pengunjung, Miftahiyah Hidayati, mengaku kaget dengan hamparan putih yang mengambang di perairan wisata itu. Buih-buih itu, jelasnya, ada yang beterbangan pasca tersapu angin kencang.

“Ya mengganggu, termasuk bagi wisatawan yang lain. Untuk bau menyengat sih enggak, tapi amis gitu,” kata dara cantik ini.

Sementara, Ketua Komunitas Aktivis Lingkungan Binor Green Community (BGC) Anton Sumarsono mengatakan setelah mendapatkan kabar adanya buih tersebut, mulanya ia mengira merupakan faktor alam yang memang sering dijumpai di laut.

“Setelah saya cek, ternyata itu muncul dari outlet PJB UBJOM unit sembilan. Tapi sekarang sudah normal kembali, sudah hilang buih-buihnya,” kata Anton Marsono, saat dikonfirmasi Sabtu (7/12).

Munculnya buih-buih putih agak coklat itu, lanjut pria yang karib disapa Sony ini, ditemukan pada Jum’at (6/12) sekitar pukul 15.00 WIB. Pihaknya lantas melakukan pembersihan karena kuatir mengganggu wisatawan dan merusak ekosistem.

“Ekosistem laut juga takut terganggu, jadi sekitar selesai adzan maghrib kemarin, buih-buihnya sudah bersih,” ujar Sony.

Kekhawatiran itu muncul, menurut Sony, setelah dirinya mengecek buih-buih di permukaan laut. Ketika disentuh dan mengenai kulit, langsung menimbulkan rasa gatal dan agak perih.

“Makanya kami langsung membersihkan. Kalau terkena kulit saja bisa gatal, bagaimana dengan hewan di bawah laut. Ya, sebagai antisipasi saja, takut ada hal-hal yang tidak diinginkan,” tutupnya. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Pasca Yadnya Kasada, Polres Probolinggo Kerahkan Personel Bersih-bersih Bromo

14 Juni 2025 - 20:35 WIB

Lahan Pertanian di Lereng Bromo Jarang Tersentuh Pupuk Subsidi, Pemkab Probolinggo Cari Solusi

13 Juni 2025 - 19:16 WIB

Pasca Yadnya Kasada, Satu Ton Sampah Berserakan di Kawasan Bromo

12 Juni 2025 - 16:20 WIB

Gunung Raung Erupsi, Kolom Abu Setinggi 750 Meter

11 Juni 2025 - 16:19 WIB

Ada Ritual Yadnya Kasada, Wisata Gunung Bromo Bakal Ditutup 4 Hari

28 Mei 2025 - 17:47 WIB

Inovasi Desa Purworejo Lumajang Ubah Sampah Organik Jadi Makanan Magot Bernilai Ekonomis Tinggi

28 Mei 2025 - 15:59 WIB

Dinilai Rusak Lingkungan, DPRD Jember Desak Operasional Perusahaan Tambak Dihentikan

27 Mei 2025 - 18:07 WIB

Cuaca Ekstrem Hambat Perbaikan Tanggul Kebondeli, Pemerintah Prioritaskan Keselamatan Warga

25 Mei 2025 - 18:47 WIB

DPRD Sebut Ancaman Kerusakan Makin Parah, PT Kalijeruk di Lumajang Terbukti Langgar Administrasi

25 Mei 2025 - 09:15 WIB

Trending di Lingkungan