PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kota Probolinggo mengalami deflasi, yakni periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar sebesar 0,35 persen selama bulan Agustus 2018.
Dari beberapa kota di Jawa Timur, deflasi di Kota Probolinggo merupakan yang tertinggi disusul Kabupaten Sumenep sebesar 0,19 persen. Selanjutnya Kota Kediri 0,10 persen, Kota Madiun 0,08 persen, Kabupaten Banyuwangi 0,05 persen dan Kabupaten Jember 0,01 persen.
Deflasi yang terjadi di Kota Probolinggo dipengaruhi oleh empat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, sementara tiga kelompok lain justru inflasi. Kelompok yang deflasi adalah bahan makanan, sandang, pendidikan rekreasi dan olahraga, transportasi komunikasi dan jasa keuangan.
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bambang Agus Suwignyo mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) telah berupaya mengendalikan inflasi di bulan Agustus melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Misalnya, dengan kegiatan Pasar Minggu di Alun-alun, Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo), dan sebagainya.
“Pemkot tidak tinggal diam jika kondisi ekonomi bergejolak di masyarakat. Tetapi, insyaallah tidak akan terjadi inflasi yang sangat tinggi, tentu ada upaya yang kita lakukan,” kata Sekda Bambang Agus, Jum’at (14/9/2018).
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan Pemkot, jelas Bambang Agus, diantaranya dengan memonitor harga komiditi di pasaran oleh OPD terkait, melakukan operasi pasar bila terjadi kenaikan harga dengan drastis, memasok bahan komoditi dengan mendatangkan produk luar daerah ke Probolinggo untuk menstabilkan harga.
“Lalu membuat posko pengaduan dan meningkatkan pasar-pasar tradisional seperti iwak-iwakan agar ditambah frekuensinya.” papar Bambang Agus.
Sementara, Perwakilan BI Malang Jaka Setyawan menyatakan menguatnya nilai tukar dolar yang berada di titik Rp 15 ribu tidak perlu jadi momok bagi masyarakat yang mengira kondisi ekonomi Indonesia akan seperti tahun 1998 silam. Kondisi sekarang, kata Jaka, sangatlberbeda karena perekonomian Indonesia masih sangat bagus.
“Harusnya kita tidak usah khawatir. Ya, memang kekhawatiran di masyarakat itu ada tetapi kita bisa mengantisipasi. Maksimalkan peran pihak masing-masing, lakukan tugasnya dengan baik-baik. Seperti pemberdayaan UMKM ini juga sangat baik menurut saya,” tandas Jaka. (*)
Penulis : Mohamad Rochim
Editor : Efendi Muhammad