PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kehebohan sebuah lubang menyerupai sumur atau ‘spillway’ ditengah aliran Sungai Prono, Desa Sumberbulu, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, hingga kini masih belum pudar.
Namun siapa sangka, warganet yang pertama kali memposting fenomena itu ke media sosial ‘facebbok’ (FB) justru mendapat cemohan atau ‘bullying’, baik oleh sesama pengguna media sosial ataupun masyarakat setempat.
Adalah Abdul Basid, warga Desa Tarokan, Kecamatan Banyuanyar, yang mengungggah video spillway berdurasi 54 detik melalui akun FB pribadinya, Abdoel. Tak butuh waktu lama, postingan itu langsung mendapat respon beragam dari netizen, bahkan ribuan kali ditonton.
Saat dikonfirmasi PANTURA7.com, Abdul Basit mengatakan, ia tak menyangka jika unggahan videonya itu mendapat respon tinggi dari masyarakat, khususnya warganet. Basit memastikan, bahwa video itu ia unggah sekedar memberikan informasi, tanpa ada kepentingan apapun.
“Saya baru tahu kalau memang ada sumur ditengah sungai, saya bilang ajaib karena memang tidak tahu. Namun setelah saya melihat di berita online PANTURA7.com, saya akhirnya tahu kalau itu Spillway peninggalan Belanda,” ujarnya via seluler, Jum’at (6/4/2018).

Spillway di Desa Sumberbulu, Kecamatan Tegalsiwalan digaris polisi demi keselamatan pengunjung. (rs)
Pasca postingan video itu, jelas Abdul, ia dibully habis-habisan lantaran menganggap sumur tersebut ajaib. Cemoohan kian jadi karena ternyata Abdul salah menyebutkan lokasi spillway, karena bangunan bersejarah itu terletak di Desa Sumberbulu, Kecamatan Tegalsiwalan, bukan di Sumberwuluh, Kecamatan Leces, seperti yang disampaikannya.
“Atas postingan itu, saya sempat dibully karena memang tidak paham. Jadi saya juga minta maaf kepada netizen karena tak ada maksud, selain menyampaikan informasi,” Abdul menambahkan.
Abdul berharap, viralnya spillway tersebut bisa menjadi berkahan bagi masyarakat sekitar. Lebih-lebih menjadi destinasi wisata baru, seperti yang direncanakan Pemkab Probolinggo. “Saya berencana kembali mengunjungi Desa Sumberbulu, namun bukan untuk melihat sumur, tetapi bersilaturahim dengan Kepala Desa setempat,” paparnya. (*)
Penulis : Rahmad Soleh
Editor : Achmad Zulkifli
Tinggalkan Balasan