Probolinggo,- Aktivis yang tergabung dalam Koalisi SAE Petenang, gelar refleksi jelang pergantian tahun yang berlangsung di Jalan Panglima Sudirman, Kota Probolinggo, Selasa malam (30/12/25).

Dalam aksi ini, aktivis lingkungan menegaskan kepedulian dan komitmen dalam menjaga lingkungan hidup khususnya hutan, agar  bencana alam dapat dihindari.

Aksi berlangsung sekitar pukul 20.00 WIB. Sebagai bentuk keprihatinan terhadap lingkungan yang sudah rusak, massa menyalakan belasan lilin.

Koordinator Koalisi SAE Petenang, Syarful Anam menilai, bencana alam berupa bandang yang menerjang Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat baru-baru ini, tidak lepas dari kerusakan alam yang semakin akut.

Menurutnya, bencana itu bukan bagian dari siklus alam. Sebaliknya merupakan dampak dari eksploitasi hutan dan alih fungsi lahan sehingga ratusan ribu hektar hutan yang sebelumnya rimbun menjadi gundul.

Advertisement

“Di Probolinggo, juga mulai terjadi kerusakan hutan di kaki Gunung Bromo dan Gunung Argopuro yang memicu banjir di Dringu, Sumberasih, dan Tiris, yang terjadi beberapa waktu yang lalu,” ujar Syarful.

Untuk itu, ia meminta seluruh elemen baik pemerintah daerah, Perhutani, pegiat lingkungan dan masyarakat, untuk menjaga lingkungan kawasan hutan agar tetap lestari dan menjadi penyanggah kawasan perkotaan.

“Bagi aparat penegak hukum, tolong jangan tebang pilih, tindak tegas para pelaku pengrusakan lingkungan hutan,” serunya.

Jika dibiarkan, lanjut Syarful, maka dampaknya akan meluas. Generasi muda sebagai penerus masa depan bangsa, yang akan paling merasakan dampaknya.

“Pengelolaan alam tidak bisa dilakukan secara serampangan, kedepan harus ada pemberian hukum tegas bagi para pelaku pengrusakan alam khususnya hutan, agar bencana yang terjadi tidak lagi terjadi,” imbuh Syarful.

Dalam kesempatan itu, secara simbolis aktivis menyerahkan surat pernyataan sikap, berisi data terkait pengrusakan hutan. Selain itu, ada souvenir berupa kain kafan dan nisan yang diserahkan ke perwakilan Polres Probolinggo Kota agar diteruskan ke Kapolri.

Koordinator Jaringan Intelektual Nahdliyin, Lukman Sumardi berharap, pasca refleksi ini ada tindakan tegas bagi pelaku pengrusakan alam. Sebab jika dibiarkan, bencana yang terjadi berpotensi kembali terjadi.

“Kepedulian kami terhadap alam tidak hanya murni soal kemanusian, namun tuhan dan agama menitipkan alam ini kepada manusia sehingga butuh kebijaksanaan untuk mengelolanya,” papar Lukman. (*)

Editor: Mohammad S

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.