Lumajang, – Aktivitas letusan sekunder di sekitar Gunung Semeru meningkat sejak erupsi pada pertengahan November lalu. Fenomena ini terjadi terutama di sepanjang aliran sungai yang menjadi jalur lahar hujan.
Asap putih pekat beraroma belerang tampak beberapa kali muncul dari titik-titik aliran lahar, menandakan adanya interaksi kuat antara air hujan dan material vulkanik panas yang masih tersisa.
Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Api Semeru, Yasa Suparman menjelaskan, letusan sekunder merupakan reaksi alami yang terjadi ketika air bertemu dengan material panas hasil endapan awan panas.
Material vulkanik yang semula tersimpan di dasar sungai belum sepenuhnya mendingin, sehingga sangat sensitif ketika tersiram air.
“Ketika ada material panas terkena air akan terjadi sebuah letusan atau ledakan, ini yang dinamakan letusan sekunder,” jelasnya di Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Jumat (28/11/2025).
Fenomena ini terjadi melalui beberapa tahapan sederhana namun berbahaya, seperti endapan awan panas mengisi aliran sungai dengan material vulkanik yang suhunya masih sangat tinggi.
Selain itu, saat curah hujan meningkat, air meresap ke dalam tumpukan material panas tersebut. Banjir lahar hujan membawa air dalam jumlah besar sehingga mempercepat reaksi.
Tidak hanya itu, ketika air bersentuhan dengan batuan atau abu vulkanik bersuhu tinggi, air langsung berubah menjadi uap.
Bahkan, pembentukan uap secara tiba-tiba menciptakan tekanan besar yang akhirnya memicu letusan kecil berupa semburan material dan asap pekat.
Meski tidak sebesar awan panas guguran, letusan sekunder tetap berpotensi membahayakan. Material yang terlontar masih memiliki suhu tinggi dan dapat melukai siapa pun yang berada terlalu dekat.
“Berbahaya ya, karena temperaturnya tinggi. Takutnya ada material yang ikut terlepaskan bersamaan dengan letusan sekunder,” ujarnya.
Dengan meningkatnya intensitas hujan di wilayah Semeru, potensi letusan sekunder diperkirakan belum mereda dalam waktu dekat. Yasa mengimbau, masyarakat agar tidak mendekati area yang sebelumnya dilintasi awan panas maupun jalur aliran lahar hujan.
“Mohon masyarakat tidak mendekati area-area yang kemarin dilintasi awan panas, karena temperaturnya masih tinggi,” tegasnya. (*)













