Lumajang, – Di antara tumpukan puing rumahnya yang hancur, warga Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronijiwo, hanya bisa menangis. Mereka  mencari barang-barang berharga yang mungkin masih bisa diselamatkan.

Material erupsi Gunung Semeru yang menerjang wilayah itu pada Rabu (19/11/2025) membuat lebih dari 20 rumah luluh lantak, menyisakan pemandangan memilukan.

Atap rumah banyak warga ambruk, tembok roboh, dan sebagian besar bangunan hanya menyisakan pondasi. Beberapa rumah bahkan tinggal menyisakan separuh bangunan depan, sementara bagian belakang hilang tersapu banjir lahar.

Di sela reruntuhan, lemari kayu, kompor, hingga piala dan foto keluarga tampak berserakan, menjadi saksi bisu betapa mendadaknya bencana menerjang. Sejumlah warga tampak mengusap air mata, saling bercerita mengenai detik-detik genting saat material erupsi menghantam permukiman mereka.

Toyo, salah satu warga, tampak mondar-mandir mengangkat pecahan kayu dan genting dari rumahnya yang nyaris rata dengan tanah.

Advertisement

“Habis semua, rumah rusak, barang-barangku habis semua ini,” katanya lirih, Kamis (20/11/2025).

Bagian teras rumahnya ambruk total, hanya menyisakan dapur yang masih berdiri. Hari itu, ia berusaha menemukan barang-barang yang mungkin bisa dibawa, apa saja yang masih tersisa sebagai penanda rumah yang pernah ia bangun.

Meski hancur, Toyo bersyukur ia dan keluarganya berhasil menyelamatkan diri sebelum erupsi menerjang.

“Alhamdulillah semua selamat,” katanya.

Ia menjelaskan, bahwa kerusakan parah bukan akibat awan panas, melainkan banjir lahar hujan yang turun sesaat setelah awan panas berhenti meluncur.

“Ini bukan yang awan panas, lewatnya enggak di sini. Ini banjir laharnya,” tuturnya.

Warga lain, Muzamil, tampak membawa beberapa helai pakaian yang berhasil ia selamatkan. Semua itu dimasukkan ke dalam sebuah tas untuk dibawa ke lokasi pengungsian.

“Mau dibawa mengungsi, di sini rumahnya sudah habis,” katanya.

Ia hanya bisa melihat sisa-sisa rumahnya yang rata dengan tanah, tidak lagi menyisakan ruang untuk ditinggali. Seperti warga lainnya, Muzamil mengaku, masih syok atas kejadian yang berlangsung begitu cepat.

“Ya syok, ya bingung, mau ke mana kalau udah habis kayak gini,” ucapnya. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.