Lumajang, – Bupati Lumajang, Indah Amperawati mencurigai, bahwa praktik prostitusi di eks lokalisasi Dolog, Kecamatan Sumbersuko, masih berjalan secara sembunyi-sembunyi meski telah resmi ditutup beberapa tahun lalu.

Kecurigaan itu disampaikan Indah saat menunjuk Luluk Azizah sebagai camat baru di Kecamatan Sumbersuko. Penunjukan camat perempuan ini disebut bukan tanpa alasan.

Indah berharap kehadiran Luluk mampu menjadi jembatan komunikasi yang lebih empatik dengan warga sekitar dan membantu menyelesaikan persoalan sosial yang masih mengakar.

“Ada tambahan camat perempuan, satu. Camat mana ini? Sumbersuko. Kenapa harus perempuan? Karena prostitusi yang sudah ditutup, saya meyakini masih ada secara sembunyi-sembunyi,” kata Indah, Jumat (24/10/25).

Indah menegaskan, penanganan permasalahan sosial seperti prostitusi tidak bisa dilakukan dengan cara represif semata. Ia meminta agar camat baru menggunakan pendekatan kemanusiaan dan hati ke hati, terutama kepada para perempuan yang terdampak.

Advertisement

“Di tangan camat perempuan, saya ingin ajak bicara dari hati ke hati. Prostitusi itu mungkin tidak bisa hilang seratus persen, tetapi penurunannya harus drastis. Tidak hanya melarang, tapi carikan solusi,” tegasnya.

Sebelumnya, kawasan di belakang gudang beras Dolog dikenal sebagai salah satu titik lokalisasi di Kabupaten Lumajang. Setelah ditutup oleh pemerintah beberapa tahun lalu, kawasan itu diubah menjadi Kampung Anggur, karena banyak warga mulai menanam anggur di sepanjang jalan sebagai simbol perubahan.

Namun, bupati menyampaikan, perubahan nama saja tidak cukup. Ia menekankan pentingnya perubahan sosial yang nyata dan berkelanjutan agar kawasan tersebut benar-benar lepas dari citra lama.

“Saya ingin masyarakat di sana berubah. Jangan sampai Dolog hanya berganti nama menjadi Kampung Anggur, tapi praktiknya tetap sama,” katanya.

Di samping itu, bupati yang akrab disapa Bunda Indah itu mengatakan, pentingnya solusi ekonomi bagi para pekerja yang kehilangan mata pencaharian setelah penutupan lokalisasi.

Salah satu program yang disebutnya berpotensi menjadi alternatif adalah Makan Bergizi Gratis (MBG), yang membutuhkan banyak tenaga kerja.

“Program Makan Bergizi Gratis itu butuh banyak pekerja, sampai Rp100 ribu gajinya per hari. Lumayan, bisa jadi pengganti penghasilan bagi mereka yang dulu tidak punya kerjaan tetap,” pungkasnya. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.