Probolinggo,- Regenerasi dalam tubuh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kraksaan dinilai sebagai langkah strategis dan mendesak untuk menjaga keberlangsungan organisasi.
Regenerasi sekaligus akan mengembalikan marwah NU yang akhir-akhir ini kerap tergerus oleh berbagai isu, seperti isu politisasi, nepotisme dan isu-isu negatif lain yang tidak merepresentasikan akhlak jam’iyyah.
Hal itu disampaikan oleh Koordinator Jaringan Intelektual Nahdliyin (JIN) Probolinggo, Lukman Hakim AI. Ia menilai, konferensi cabang PCNU Kota Kraksaan, Minggu (14/9/25) besok, merupakan momentum tepat untuk reformasi dan regenerasi organisasi.
Menurut Lukman, konferensi dan regenerasi kepengurusan bukan sekadar agenda rutin organisasi. Melainkan bagian dari ikhtiar menjaga nyawa perjuangan NU agar terus relevan dengan zaman.
“Regenerasi bukan hanya soal usia, tapi tentang semangat, komitmen, dan kemampuan menghadirkan solusi atas tantangan keumatan saat ini,” kata Lukman, Sabtu (13/9/25).
“Kita butuh pengurus yang tak hanya memahami ideologi Aswaja, tapi juga siap berdiri di garis depan dalam merespons isu-isu sosial, kemiskinan, korupsi dan lingkungan” imbuh Ketua Umum PC PMII Probolinggo Periode 2006-2007 ini.
Lukman juga menekankan pentingnya NU kembali kepada khitthah-nya sebagai organisasi keagamaan yang independen, moderat, dan berorientasi pada kemaslahatan umat.
Ia menyayangkan munculnya berbagai isu yang menyeret nama NU ke dalam kepentingan pragmatis, yang dinilainya berpotensi merusak kewibawaan organisasi kemasyarakatan terbesar di tanah air itu.
“Marwah NU itu terletak pada keteladanan pengurusnya. Ketika pengurus tidak mampu menjaga akhlak organisasi, maka kepercayaan publik akan luntur. Inilah saatnya kita luruskan kembali arah perjuangan NU Kraksaan,” tuturnya.
Lukman berharap PCNU Kota Kraksaan menjadi pionir dalam proses regenerasi yang sehat,inklusif, dan produktif.
Ia juga mengajak seluruh elemen NU, baik struktural maupun kultural, bersama-sama menguatkan barisan, meluruskan niat, dan kembali menjadikan NU sebagai rumah besar yang amanah dalam menjaga agama dan bangsa.
“NU bukan milik kelompok, bukan pula alat kekuasaan. NU adalah milik umat, sudah saatnya kita kembalikan ruh perjuangannya agar benar-benar menjadi rahmat bagi semua,” serunya. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra