Probolinggo,- Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo berencana mengalihfungsikan gedung kesenian yang terletak di Jl. Suroyo, menjadi lapangan tenis indoor.
Menanggapi hal itu, Dewan Kesenian Kota Probolinggo (DKKPro) menyampaikan penolakannya. Para komunitas seni berharap, gedung kesenian tetap dipertahankan dan dikembangkan menjadi kawasan budaya.
Ketua DKKPro, Peni Priyono, menyayangkan rencana Pemkot Probolinggo. Menurutnya, pemerintah seharusnya memberikan ruang yang layak bagi para kreator seni yang jumlahnya cukup banyak di Kota Anggur.
“Selain para pelaku seni, banyak karya seni seperti musik, tari-tarian, hingga teater yang lahir di gedung kesenian dan melalui kegiatan yang difasilitasi oleh dewan kesenian,” beber Peni, Selasa (26/8/25).
Peni menambahkan, bahwa berbagai sanggar seni memanfaatkan gedung kesenian tersebut sebagai tempat berlatih. Baik sanggar dari sekolah-sekolah maupun komunitas seni lainnya.
Selain itu, DKKPro juga tidak dilibatkan dalam rencana alihfungsi tersebut. “Kalau memang Pemkot Probolinggo menganggap penting keberadaan kami, ya seharusnya diajak bicara soal fasilitas kesenian,” kecamnya.
Terkait rencana Pemkot Probolinggo memindahkan aktivitas kesenian ke Kampung Seni (TRA) di Jl. Hayam Wuruk, Peni menilai lokasi tersebut belum layak untuk digunakan.
Ia menyebut, selain lantai yang panas meski digunakan sore hari, lokasi tersebut juga berdekatan dengan permukiman warga. Bahkan ia pernah dilempari batu oleh warga saat latihan malam hari.
“Jika harus menunggu lantai menjadi dingin dan latihan dilakukan malam hari, justru akan mengganggu warga sekitar. Kami pernah mengalami insiden dilempar batu sebelumnya,” jelasnya.
Sebagai bentuk penolakan, DKKPro berencana menggelar audiensi dengan DPRD dan Wali Kota Probolinggo. Harapannya, suara para pelaku seni bisa didengar dan rencana pengalihan fungsi gedung kesenian dapat dibatalkan.
“Harapan kami saat audiensi nanti, gedung kesenian ini tidak dipindah dan justru ditetapkan sebagai kawasan budaya. Kami ingin Kota Probolinggo dikenal sebagai kota kesenian,” pungkas Peni. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra