Pasuruan, – Perayaan HUT ke-80 RI di Desa Lumbang, Kecamatan Lumbang, terasa berbeda. Warga menggelar “Gemblidik Race Championship”, lomba gelindingan atau sepeda kayu yang digelindingkan di jalan menurun, sebuah tradisi unik yang jarang ditemui di daerah lain.
Sebanyak 40 peserta dari desa setempat mengikuti perlombaan yang dimulai Rabu (13/8/2025) dan berakhir pada final hari ini, Minggu (17/8/2025). Demi keselamatan, para peserta diwajibkan mengenakan helm saat melaju di lintasan turunan yang cukup ekstrem.
Eko, salah satu peserta lomba mengaku, persiapan mental menjadi hal utama sebelum mengikuti perlombaan.
“Pertama yang harus disiapkan adalah mental, karena medannya menurun tajam. Kemudian gelindingannya harus kuat agar tidak terjadi kecelakaan,” ujarnya.
Eko menambahkan, dirinya membuat gelindingan sekitar satu minggu sebelum lomba.
“Kalau latihan, sejak kecil sudah main ini, memang dari dulu jadi permainan turun-temurun,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Hari Priyanto, pembalap senior gleindingan asal Lumbang. Menurutnya, lomba ini rutin digelar setiap Agustus sejak 1995, kecuali sempat terhenti saat pandemi Covid-19.
“Saya ikut sejak SMP. Pernah sering juara, tapi tahun ini kalah. Anak saya yang berhasil lolos,” tuturnya.
Tak hanya peserta, warga yang menonton pun merasa bangga. Yuyun Solikhati, salah seorang penonton, menilai lomba ini mampu mengangkat nama desa.
“Saya senang sekali, warga sangat antusias. Lomba ini memang sudah ada sejak dulu,” katanya.
Sementara itu, Dimas Eka Syaputra, panitia lomba, menjelaskan bahwa pada 1980-an gelindingan awalnya dipakai sebagai alat sederhana untuk mengangkut rumput. Seiring waktu, pemuda desa kemudian menjadikannya perlombaan agar tradisi tetap lestari.
“Tujuan mengadakan lomba agar alat transportasi rumput ini tetap ada,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra