Lumajang, – Pemerintah Kecamatan Kedungjajang menorehkan sejarah baru dengan menandatangani penamaan resmi pendopo kecamatan menjadi Pendopo Singowiguno. Hal itu digelar dalam kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Nama Singowikuno diambil dari nama Raden Mas Singowiguno. Ia tokoh birokrasi yang pernah menjabat sebagai wedono (kepala kawedanan) di Kedungjajang pada masa kolonial Belanda, sekitar tahun 1890 hingga 1920.
Camat Kedungjajang, Samsul Nurul Huda menjelaskan, penamaan ini bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk penghormatan dan upaya pelestarian sejarah lokal.
“Nama Pendopo Singowikuno ini adalah hasil dari musyawarah dan masukan dari berbagai tokoh masyarakat. Raden Mas Singowikuno adalah tokoh kebanggaan kami, dan kami ingin generasi muda mengenal serta meneladani semangat beliau dalam membangun daerah,” kata Nurul, saat dikonfirmasi di kantornya, Minggu (17/8/25) dini hari.
Menurut Samsul, Raden Mas Singowiguno lahir di Madura dan semasa hidupnya tinggal di Desa Curahpetung, Kecamatan Kedungjajang, tempat di mana rumah dan makamnya masih ada hingga saat ini.
Beliau dikenal sebagai sosok birokrat teladan di masa kolonial yang memimpin selama lebih dari tiga dekade.
Dalam rangka peresmian ini, pemerintah kecamatan juga memperkenalkan sebuah tradisi baru yakni, nyekar atau tabur bunga ke makam Singowiguno.
Tradisi ini akan dilakukan pada pagi hari sebelum upacara peringatan HUT RI berlangsung.
“Tradisi nyekar ini baru kami mulai tahun ini. Saat mengetahui adanya makam tokoh besar seperti Singowikuno di wilayah ini, kami merasa penting untuk memberi penghormatan yang layak. Ini juga menjadi edukasi sejarah bagi masyarakat,” tambah Samsul.
Lebih lanjut, pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang tengah mengupayakan agar rumah dan makam Raden Mas Singowiguno ditetapkan sebagai situs cagar budaya, dengan dukungan penuh dari pihak keluarga.
Penamaan Pendopo Singowiguno ini diharapkan menjadi langkah awal dalam mengangkat kembali sejarah lokal yang terlupakan serta menjadi simbol semangat pelayanan dan kepemimpinan yang mengakar kuat di masyarakat Kedungjajang.
“Kami ingin membangun bukan hanya secara fisik, tapi juga secara nilai dan identitas. Dengan nama Pendopo Singowikuno, kita tanamkan semangat pengabdian dan kecintaan pada daerah yang diwariskan oleh para tokoh terdahulu,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra