Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Ekonomi · 3 Agu 2025 09:39 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek


					Petani harus menjadi subjek, bukan objek jika ingin mewujudkan ketahanan pangan.  (Foto: Asmadi).
Perbesar

Petani harus menjadi subjek, bukan objek jika ingin mewujudkan ketahanan pangan. (Foto: Asmadi).

Lumajang, – Ketahanan pangan nasional tak akan tercapai jika pemerintah hanya mengandalkan bantuan sesaat seperti subsidi pupuk atau benih.

Hal itu disampaikan Ketua DPD Perkumpulan Petani Pangan Nasional (P3NA) Jawa Timur, Iskhak Subagio.

Menurut Iskhak, pendekatan jangka pendek tidak cukup menjawab akar persoalan pertanian di Lumajang. Ia menilai, selama ini banyak kebijakan pangan yang bersifat tambal sulam dan tidak menyentuh kebutuhan riil petani.

“Ketahanan pangan sejati hanya bisa dicapai lewat reformasi sistemik, mulai dari akses petani terhadap lahan, informasi, harga yang adil, distribusi yang transparan, hingga perlindungan dari tengkulak,” kata Iskhak, saat dikonfirmasi, Minggu (3/8/25).

Ia menegaskan, petani harus ditempatkan sebagai subjek utama dalam setiap strategi pembangunan pangan. Sayangnya, lanjut Iskhak, petani masih sering dianggap sebagai penerima bantuan, bukan mitra yang sejajar dalam pengambilan keputusan.

Di samping itu, distribusi beras yang tidak merata ke pasar-pasar tradisional, menurut dia, menjadi penyebab utama gejolak harga dan melemahnya daya beli masyarakat.

“Kalau distribusinya diperbaiki, harga bisa stabil. Ini bukan soal produksi semata, tapi soal bagaimana hasil panen petani sampai ke masyarakat tanpa permainan pihak ketiga,” katanya.

Lebih jauh, ia menyerukan pentingnya sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan petani dalam mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan.

Ia menyebut, padi dan tebu sebagai dua komoditas strategis yang sering kali dikendalikan oleh pasar global. Oleh karena itu perlu kebijakan perlindungan nasional yang lebih berpihak kepada petani.

“Swasembada jangan hanya jadi jargon politik menjelang pemilu. Petani butuh kehadiran negara yang nyata dan konsisten, bukan hanya saat panen raya atau ketika harga jatuh,” tegas Iskhak.

Dalam jangka panjang, P3NA menargetkan pembentukan jaringan kerja sama lintas sektor, termasuk dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan media lokal, untuk memperkuat literasi pertanian dan kesadaran pangan masyarakat.

“Ini bukan sekadar perjuangan petani. Ini soal hajat hidup seluruh petani di Kabupaten Lumajang,” tutup Iskhak. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 40 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Trending di Ekonomi