Menu

Mode Gelap
Masuki Musim Hujan, Polisi Imbau Pengendara Waspada Longsor di Piket Nol Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06 Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek Ratusan Fotografer Serbu Safari Prigen, Buru Momen Satwa Terbaik Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur Di Kota Probolinggo, Bayi Perempuan Ditemukan di Teras Rumah, Dilengkapi Surat Wasiat

Ekonomi · 3 Agu 2025 09:39 WIB

Ketahanan Pangan Gagal Jika Petani Hanya Jadi Objek, Bukan Subjek


					Petani harus menjadi subjek, bukan objek jika ingin mewujudkan ketahanan pangan.  (Foto: Asmadi).
Perbesar

Petani harus menjadi subjek, bukan objek jika ingin mewujudkan ketahanan pangan. (Foto: Asmadi).

Lumajang, – Ketahanan pangan nasional tak akan tercapai jika pemerintah hanya mengandalkan bantuan sesaat seperti subsidi pupuk atau benih.

Hal itu disampaikan Ketua DPD Perkumpulan Petani Pangan Nasional (P3NA) Jawa Timur, Iskhak Subagio.

Menurut Iskhak, pendekatan jangka pendek tidak cukup menjawab akar persoalan pertanian di Lumajang. Ia menilai, selama ini banyak kebijakan pangan yang bersifat tambal sulam dan tidak menyentuh kebutuhan riil petani.

“Ketahanan pangan sejati hanya bisa dicapai lewat reformasi sistemik, mulai dari akses petani terhadap lahan, informasi, harga yang adil, distribusi yang transparan, hingga perlindungan dari tengkulak,” kata Iskhak, saat dikonfirmasi, Minggu (3/8/25).

Ia menegaskan, petani harus ditempatkan sebagai subjek utama dalam setiap strategi pembangunan pangan. Sayangnya, lanjut Iskhak, petani masih sering dianggap sebagai penerima bantuan, bukan mitra yang sejajar dalam pengambilan keputusan.

Di samping itu, distribusi beras yang tidak merata ke pasar-pasar tradisional, menurut dia, menjadi penyebab utama gejolak harga dan melemahnya daya beli masyarakat.

“Kalau distribusinya diperbaiki, harga bisa stabil. Ini bukan soal produksi semata, tapi soal bagaimana hasil panen petani sampai ke masyarakat tanpa permainan pihak ketiga,” katanya.

Lebih jauh, ia menyerukan pentingnya sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan petani dalam mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan.

Ia menyebut, padi dan tebu sebagai dua komoditas strategis yang sering kali dikendalikan oleh pasar global. Oleh karena itu perlu kebijakan perlindungan nasional yang lebih berpihak kepada petani.

“Swasembada jangan hanya jadi jargon politik menjelang pemilu. Petani butuh kehadiran negara yang nyata dan konsisten, bukan hanya saat panen raya atau ketika harga jatuh,” tegas Iskhak.

Dalam jangka panjang, P3NA menargetkan pembentukan jaringan kerja sama lintas sektor, termasuk dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan media lokal, untuk memperkuat literasi pertanian dan kesadaran pangan masyarakat.

“Ini bukan sekadar perjuangan petani. Ini soal hajat hidup seluruh petani di Kabupaten Lumajang,” tutup Iskhak. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Piodalan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung Gerakkan Ekonomi Warga Senduro

13 Juli 2025 - 14:49 WIB

Trending di Ekonomi