Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Lingkungan · 16 Jul 2024 18:00 WIB

Terjadi Fenomena Bedhidhing, Begini Kondisinya di Kota Probolinggo


					Ilustrasi: Warga menggigil kedinginan efek fenomena bedhidhing. Perbesar

Ilustrasi: Warga menggigil kedinginan efek fenomena bedhidhing.

Probolinggo,- Hampir seluruh masyarakat wilayah Jawa Timur tak terkecuali di Kota Probolinggo saat ini tengah merasakan suhu lebih dingin pada malam hari yakni fenomena bedhidhing.

Meski demikian, menurut Badab Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Probolinggo, fenomena ini tidak terlalu dirasakan di Kota Probolinggo.

Dalam rilisnya, BMKG menyebutkan, fenomena nedhidhing ini merupakan perubahan suhu yang mencolok, khususnya saat awal musim kemarau.

Suhu udara akan menjadi sangat dingin saat malam hari hingga pagi, sedangkan siang hari suhu akan melonjak panas menyengat.

Fenomena suhu dingin yang terasa lebih dingin ini merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi dibulan – bulan puncak musim kemarau yang terjadi antara bulan Juli hingga September.

“Jadi untuk fenomena bedhidhing ini tidak terlalu terasa di Kota Probolinggo, dengan suhu 12 hingga 15 derajat,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Probolinggo, Sugito Prasetyo, Selasa (16/7/24).

“Fenomena bedhidhing di Kota Probolinggo ini berlangsung sejak dua minggu yang lalu, hingga perkiraan terjadi hingga akhir bulan Juli,” imbuhnya.

Bertepatan dengan fenomena bedhidhing ini, di Kota Probolinggo juga terjadi fenomena Angin Gending, yang mana angin ini bertiup mulai awal Juli.

Angin yang memiliki kecepatan 17 hingga 31 kilometer per jam ini terjadi karena dipengaruhi perbedaan suhu udara antara daerah dataran tinggi dengan dataran rendah atau pesisir.

“Dengan adanya fenomena ini, maka kami mengimbau masyarakat jaga kesehatan. Karena fenomena ini juga dibarengi Angin Gending maka warga diingatkan untuk tidak membakar sampah sembarangan untuk mengantisipasi kebakaran,” pungkas Sugito. (*)

 

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Haliza


 

Artikel ini telah dibaca 121 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru

17 September 2025 - 20:06 WIB

Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September

17 September 2025 - 19:52 WIB

Kemarau Basah Picu Risiko Banjir Lahar Semeru, Enam Kecamatan Masuk Zona Rawan

17 September 2025 - 16:25 WIB

Mekarnya Tabebuya di Embong Kembar, Ketika Lumajang Menyulap Diri Jadi Negeri Sakura

12 September 2025 - 13:06 WIB

Longsor Tutup Jalur Lumajang-Malang, Sistem Buka-Tutup Diberlakukan

10 September 2025 - 11:42 WIB

Perkuat Jalur Gumitir, Pemasangan Beronjong di Tikungan Khokap Dikebut

27 Agustus 2025 - 03:35 WIB

Cuaca Ekstrem, BPBD Lumajang Ingatkan Hindari Kawasan Rawan Longsor dan Banjir

21 Agustus 2025 - 20:20 WIB

TRC dan Loader Dikerahkan, BPBD Lumajang Buka Akses Jalan Tertimbun Longsor

20 Agustus 2025 - 14:16 WIB

Jelang Perayaan HUT Kemerdekaan RI, Warga Protes Kerusakan Hutan di Kawasan Proyek Tol Probowangi

16 Agustus 2025 - 19:55 WIB

Trending di Lingkungan