Lumajang, – Di antara puing-puing rumah yang luluh lantak di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang terdapat satu kisah yang menggambarkan seberapa besar kehilangan yang dialami para penyintas erupsi Gunung Semeru.

Kisah itu milik Sutini, warga yang melarikan diri hanya dengan pakaian yang menempel di tubuhnya. Tanpa sempat membawa apa pun, tanpa sempat menoleh ke belakang.

Erupsi besar yang disusul banjir lahar hujan datang begitu cepat, membuat warga tak punya banyak pilihan selain berlari menyelamatkan nyawa.

Dalam kepanikan yang memecah suasana malam, Anik berlari meninggalkan rumahnya. Ia membiarkan seluruh harta bendanya tertimbun di belakangnya. “Saya lari hanya dengan baju di badan,” ujarnya pelan, Jumat (21/11/2025).

Ketika ia kembali ke rumahnya keesokan harinya, yang ia temukan hanyalah hamparan lumpur tebal setinggi lutut, kayu-kayu patah, dan genteng-genteng yang berserakan seperti pecahan mimpi.

Advertisement

Tidak ada lemari, tidak ada perabot, tidak ada pakaian cadangan. Bahkan benda sekecil sendok pun tidak tersisa.

“Sendok satu saja tidak ada, semuanya habis,” kata Sutini.

Rumah yang selama bertahun-tahun ia isi dengan kerja keras dan kenangan kini tak lebih dari gundukan lumpur. Tidak ada pintu untuk dibuka, tidak ada kamar untuk ditinggali, tidak ada sudut yang bisa menjadi tempatnya bersandar dari rasa letih.

“Ludes, tidak ada yang tersisa. Tapi mau gimana lagi, ini sudah takdir, dan mungkin ini ujianku,” katanya.

Baginya, kembali ke Sumbersari ibarat menapaki masa lalu yang telah dihapus tanpa permisi. Setiap langkahnya di antara puing seperti mengingatkan bahwa ia memulai semua dari nol, lagi.

“Tidak ada pakaian, tidak ada dokumen penting, tidak ada harta keluarga, hanya nyawa yang berhasil saya selamatkan,” pungkasnya. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.