Probolinggo,— Kabar menggembirakan datang dari sentra penghasil tembakau di Kabupaten Probolinggo. Hingga Oktober, para petani masih menikmati hasil kerja keras mereka selama musim tanam.

Data terbaru dari Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo, produksi tembakau menunjukkan angka yang cukup tinggi. Terlebih untuk varietas Paiton VO yang selama ini memang menjadi andalan daerah.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo, Arif Kurniadi mengatakan, hingga pertengahan Oktober ini sekitar 90 persen lahan tembakau sudah selesai dipanen, sementara sisanya masih menunggu masa panen akhir.

Dari total luas lahan tanam yang mencapai 11.224 hektare, produksi tembakau Paiton VO diperkirakan tembus hingga 13 ribu ton.

“Rata-rata produktivitas tembakau Paiton VO tahun ini mencapai 1,3 ton per hektare. Harga jualnya juga menggembirakan, paling tinggi bisa mencapai Rp73 ribu per kilogram,” kata Arif, Selasa (21/10/25).

Advertisement

Menurutnya, Paiton VO merupakan varietas yang paling dominan di Kabupaten Probolinggo karena kualitasnya yang konsisten dan disukai oleh industri rokok besar.

Jenis tembakau ini tersebar di sembilan kecamatan dan sebagian besar hasil panennya langsung diserap oleh sekitar 25 gudang pembeli.

“Minat pasar terhadap tembakau Paiton VO cukup tinggi. Hampir seluruh hasil panen bisa langsung terserap. Ini tentu menjadi kabar baik bagi petani dan daerah,” imbuh Arif.

Selain tembakau Paiton VO, wilayah Kabupaten Probolinggo juga dikenal dengan dua varietas lainnya, yakni tembakau Menyono (atau sering disebut tembakau Jawa) dan tembakau Kasturi.

Untuk tembakau varietas Menyono, luas lahan tanamnya di Kabupaten Probolinggo mencapai 1.130 hektare dengan produktivitas antara 0,48 hingga 0,5 ton per hektare.

Jenis ini tersebar di empat kecamatan dan banyak digunakan oleh masyarakat untuk lintingan sendiri karena aromanya yang khas.

Sementara itu, tembakau Kasturi menjadi varietas yang paling sedikit secara luasan, yakni hanya 106 hektare, dan umumnya ditanam di lereng Bromo, khususnya wilayah Kecamatan Sukapura.

Produktivitasnya hanya sekitar 0,4 ton per hektare. Biasanya digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan rokok karena karakter rasanya yang unik.

“Tembakau Menyono memiliki pasar tersendiri, terutama di kalangan penikmat tembakau lokal. Meskipun volumenya tidak sebesar Paiton VO, keberadaannya tetap penting karena menambah keragaman komoditas tembakau yang ada,” ujarnya.

Arif menyebut, hingga kini tidak ada laporan kesulitan dalam menjual hasil panen. Justru, banyak gudang pembeli yang secara aktif mendatangi desa-desa untuk menampung hasil tembakau petani.

“Harga stabil dan penyerapan yang lancar menunjukkan bahwa pasar tembakau tahun ini cukup sehat. Situasi ini patut kita syukuri, karena bisa memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat,” Arif memungkasi. (*)

Editor: Mohammad S

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.