Probolinggo,– Sebanyak 8 siswa Sekolah Rakyat (SR) Integrasi 7 Kota Probolinggo, memilih berhenti sekolah pada semester pertama tahun ajaran ini.

Dari jumlah tersebut, lima siswa merupakan anak didik tingkat SMA dan tiga lainnya mengenyam pendidikan tingkat SMP.

Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kota Probolinggo, Rey Suwigtyo menyebut, proses kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut telah berlangsung hampir satu semester.

Dijelaskan Rey, siswa yang berhenti tidak terjadi secara bersamaan. Melainkan satu per satu, baik di tingkat SMP maupun SMA.

Mereka memilih berhenti dari sekolah yang difasilitasi Kementerian Sosial (Kemensos) itu karena berbagai alasan. Mulai dari persoalan keluarga hingga masalah pribadi seperti putus cinta.

Advertisement

Salah satu kasustik yang mencuat, seorang siswa SMA memutuskan keluar karena tidak diperbolehkan menerima tamu, termasuk teman wanitanya saat tinggal di asrama. Siswa tersebut kemudian memilih pindah ke sekolah lain yang dianggap memiliki aturan lebih longgar.

“Siswa Sekolah Rakyat ini berasal dari berbagai latar belakang, seperti anak yang sebelumnya putus sekolah atau anak jalanan. Mungkin karena belum terbiasa dengan lingkungan dan aturan sekolah berasrama, sebagian merasa tidak betah meski sudah diberi kesempatan untuk bertahan,” ujar Rey, Sabtu (18/10/25).

Ia menambahkan, dari delapan siswa yang keluar, tiga siswa SMP sudah digantikan dengan siswa baru. Sementara dari lima siswa SMA yang berhenti, tiga diantaranya juga telah mendapat pengganti.

Salah satu siswa pengganti di tingkat SMA bahkan merupakan penghafal 20 juz Al-Qur’an yang sebelumnya menempuh pendidikan di pondok pesantren. Siswa tersebut kini bergabung di Sekolah Rakyat karena ingin mencoba lingkungan belajar baru.

“Mereka berhenti karena alasan pribadi, bukan karena kebijakan sekolah,” cetus Rey eks Kepala Dinas Sosial dan Perlindungan Perempuan Anak (Dinsos PPA) Kota Probolinggo ini.

Rey menilai, fenomena serupa juga terjadi di beberapa Sekolah Rakyat di daerah lain, bukan hanya di Kota Probolinggo.

“Artinya, Sekolah Rakyat tetap menarik dan menjadi pilihan. Program ini merupakan bagian dari cita-cita Pak Prabowo untuk pengentasan kemiskinan melalui pendidikan,” tambahnya.

Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo, sambung Rey, berencana membangun Sekolah Rakyat dan asrama baru di lahan seluas delapan hektare di Kelurahan Kedungasem pada tahun 2025

“Itu sebagai bagian dari pengembangan fasilitas pendidikan di Kota Probolinggo,” ia memungkasi. (*)

Editor: Mohammad S

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.