Probolinggo,– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo mulai bersiap menghadapi datangnya musim hujan tahun ini.
Dalam waktu dekat, BPBD akan menggelar apel siaga bencana sebagai bentuk kesiapsiagaan seluruh personel dan relawan di daerah.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Probolinggo, Oemar Sjarif mengatakan, persiapan menghadapi musim penghujan sudah dilakukan secara bertahap.
Salah satunya dengan melakukan normalisasi sungai di wilayah yang sebelumnya terdampak banjir, seperti di Kecamatan Krejengan.
“Normalisasi sungai sudah kami laksanakan, seperti yang fi Krejengan itu pasca banjir. Selain itu, kami juga tengah mempersiapkan apel siaga dalam waktu dekat untuk memastikan seluruh personel dan peralatan dalam kondisi siap,” ujar Oemar, Kamis (9/10/25).
Selain apel siaga, BPBD juga akan melakukan kegiatan susur sungai di sejumlah wilayah rawan banjir. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan aliran air sungai tetap lancar dan tidak terhambat oleh tumpukan sampah maupun sedimen tanah yang dapat menyebabkan genangan.
“Susur sungai ini penting untuk memantau langsung kondisi lapangan, terutama di daerah-daerah yang memiliki potensi banjir bandang. Kami ingin memastikan aliran air tetap lancar sebelum intensitas hujan meningkat,” tambahnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan prediksi enam bulanan dari BMKG, wilayah Kabupaten Probolinggo diperkirakan mulai memasuki musim penghujan pada akhir Oktober mendatang.
Namun, BPBD Kabupaten Probolinggo masih menunggu rilis resmi dari BMKG sebagai acuan utama dalam menentukan langkah-langkah teknis di lapangan.
Meski demikian, Oemar menegaskan bahwa seluruh kecamatan di Kabupaten Probolinggo berpotensi mengalami cuaca ekstrem, seperti hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang dan petir.
Oleh karena itu, kesiapsiagaan semua pihak menjadi sangat penting.
“Potensi cuaca ekstrem dapat terjadi di seluruh wilayah. Kami tidak bisa hanya fokus pada satu kecamatan saja,” ujarnya.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan BPBD, terdapat sejumlah kecamatan yang masuk kategori rawan bencana pada periode musim hujan.
Di akhir Oktober ini, potensi cuaca ekstrem diperkirakan akan terjadi di Kecamatan Bantaran, Banyuanyar, Gading, Krucil, Kuripan, Leces, Lumbang, Maron, Sukapura, Sumber, Tegalsiwalan, Tiris, dan Wonomerto.
Sedangkan pada November nanti, wilayah dengan potensi cuaca ekstrem bergeser ke Kecamatan Besuk, Dringu, Gending, Kotaanyar, Kraksaan, Krejengan, Paiton, Pajarakan, Pakuniran, Sumberasih, dan Tongas.
“Data ini akan terus kami perbarui sesuai dengan hasil analisa terbaru dari BMKG dan kondisi di lapangan,” jelas Oemar.
Selain kesiapan personel, BPBD juga memastikan peralatan pendukung seperti chainsaw, pompa air, perahu karet, dan perlengkapan evakuasi lainnya dalam kondisi baik dan siap digunakan sewaktu-waktu.
“Semua peralatan kami cek kembali, mulai dari mesin pemotong pohon (chainsaw) hingga pompa air. Kesiapan logistik ini penting agar ketika ada kejadian darurat, respon kami bisa cepat dan efektif,” ucap Oemar.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan tidak lengah menghadapi datangnya musim hujan. Ia berharap warga juga dapat melakukan mitigasi mandiri.
Caranya, dengan membersihkan saluran air di sekitar rumah, memotong ranting pohon yang berpotensi tumbang, serta memperhatikan kondisi bangunan tempat tinggal yang sudah rapuh.
“Kami imbau agar masyarakat berhati-hati. Hindari berada di dekat rumah tua yang sudah lapuk atau di bawah pohon tinggi ketika hujan deras disertai angin. Kenali potensi bencana di sekitar lingkungan masing-masing, dan segera laporkan kepada pemerintah desa atau BPBD jika menemukan potensi yang bisa membahayakan,” imbaunya. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra