Menu

Mode Gelap
Viral! Warga Tunjung Desak Polisi Tindak Pemeras Kades Lewat Aksi Massal Pelaku Pembunuhan Bocah di Pasuruan Alami Gangguan Jiwa, Proses Hukum Masih Berlanjut Tanah Kosong Jadi Bangunan, Pemutakhiran Data Pajak Bisa Buat Tagihan Meningkat Larangan Sewa Huntap di Lumajang Berlaku Parsial, Warga Minta Aturan Ditegakkan DPRD Jember Sidak Bandara Notohadinegoro, Tinjau Reaktivasi Jelang Terbang Perdana Harga Tembakau di Probolinggo Mulai Melonjak, Tembus Rp 66 Ribu/Kg

Ekonomi · 15 Agu 2025 14:48 WIB

Harga Tembakau di Probolinggo Mulai Melonjak, Tembus Rp 66 Ribu/Kg


					TES AROMA: Kuasa pembelian pabrik tembakau, M. Suli Faris mencium tembakau untuk menentukan harga yang dijual oleh petani. (foto: Ali Ya’lu) Perbesar

TES AROMA: Kuasa pembelian pabrik tembakau, M. Suli Faris mencium tembakau untuk menentukan harga yang dijual oleh petani. (foto: Ali Ya’lu)

Probolinggo,- Kabar menggembirakan datang bagi para petani tembakau di Kabupaten Probolinggo. Harga jual tembakau rajangan kering kini melonjak signifikan.

Bahkan harganya tembus hingga Rp 66 ribu per kilogram (kg). Kenaikan harga ini disambut antusias oleh petani yang selama ini mengeluhkan rendahnya harga beli dari tengkulak.

Salah satu gudang pembelian tembakau di Kecamatan Paiton mencatatkan harga pembelian tertinggi tembakau mencapai Rp 66 ribu per kilogram.

Harga minimal pun dipatok tidak kurang dari Rp 50 ribu, tergantung pada kualitas tembakau yang ditawarkan.

M. Suli Faris, Kuasa Pembelian Pabrik di gudang tersebut mengatakan, pihaknya siap membeli langsung hasil panen petani selama kualitasnya terjaga.

Ia menegaskan bahwa harga tinggi ini adalah bentuk komitmen terhadap mutu tembakau petani setempat.

“Sepanjang kualitasnya baik dan sesuai standar, kami siap membeli dengan harga yang layak. Harga minimum kami saat ini Rp 50 ribu, dan yang terbaik bisa sampai Rp 66 ribu per kilogram,” katanya, Jumat (15/8/25).

Tak hanya itu, Faris juga mengajak petani untuk menjual hasil panennya secara langsung ke gudang, tanpa melalui perantara atau tengkulak. Langkah ini dilakukan untuk mencegah adanya permainan harga di tingkat bawah yang seringkali merugikan petani.

“Kami tidak beli orang, kami beli barang. Artinya, siapa pun petaninya, dari mana pun asalnya di Probolinggo, bisa langsung menjual ke kami,” tegasnya.

Meski begitu, pihaknya tetap menekankan pentingnya kejujuran dari pihak petani. Faris meminta agar tembakau yang dijual benar-benar murni dan tidak dicampur dengan bahan lain, seperti gula atau pewarna yang bisa merusak mutu.

“Kami ingin menjadikan petani sebagai mitra. Jika mereka untung, kami pun ikut untung. Tapi jangan sampai ada campuran apa pun dalam tembakau,” imbuh dia.

Kebijakan tersebut disambut positif oleh petani tembakau di berbagai kecamatan di Probolinggo.

Salah satunya Sumarto, petani asal Desa Sumurdalam, Kecamatan Besuk. Ia mengaku mulai panen sejak Juli lalu dan saat itu hanya mendapatkan harga Rp 30–35 ribu per kilogram dari tengkulak.

“Alhamdulillah sekarang harga sudah naik. Tentu ini sangat membantu kami para petani. Kalau bisa langsung ke gudang tanpa tengkulak, ya jelas lebih untung,” Sumarto memungkasi. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 20 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Klaim Kondisi Sedang Tidak Baik, Gudang Garam Paiton tak Jamin Beli Tembakau

14 Agustus 2025 - 18:53 WIB

Cegah Penimbunan, Satgas Pangan Sidak Produsen dan Agen Beras di Pasuruan

14 Agustus 2025 - 17:48 WIB

Momentum Kemerdekaan, Okupansi Hotel di Bromo Naik hingga 70 Persen

12 Agustus 2025 - 18:57 WIB

Percepat Sertifikasi Tanah Wakaf, BWI Probolinggo Masifkan Sosialisasi

12 Agustus 2025 - 18:02 WIB

Penjual Bendera Musiman Marak, Namun Omset Kini Turun

8 Agustus 2025 - 18:10 WIB

Ancaman TSNA Bayangi Petani Tembakau Lumajang Jelang Panen

7 Agustus 2025 - 12:05 WIB

Susu Kambing Senduro, dari Peternakan ke Gelas, Bisnis Sehat ala Anak Muda Lumajang

6 Agustus 2025 - 16:09 WIB

Kekeringan, Petani Tunjungrejo Lumajang Terancam Gagal Panen

5 Agustus 2025 - 10:59 WIB

Dari Lupis hingga Sayur Gratis, Cerita Hangat di Balik Pasar Minggu Rowojali RW 06

3 Agustus 2025 - 10:11 WIB

Trending di Ekonomi