Lumajang, – Harga bahan bakar minyak (BBM) eceran di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, melonjak tajam dalam tiga hari terakhir.
Kelangkaan pasokan di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) membuat harga pertamax di tingkat pengecer menembus angka Rp35.000 per botol air mineral ukuran 1,5 liter, atau hampir tiga kali lipat dari harga resmi di SPBU yang hanya Rp12.500 per liter.
Warga pun terpaksa membeli meskipun harga melambung tinggi, karena kebutuhan akan BBM tidak bisa ditunda. Salah satunya adalah Sugi, warga Desa Labruk Kidul, Kecamatan Sumbersuko, yang harus membeli BBM dari pengecer dadakan di pinggir jalan Desa Labruk Lor.
“Terpaksa beli di sini, SPBU-nya tutup, dapat harga Rp30.000 satu botol. Kalau nggak diisi, ya nggak bisa pulang,” keluh Sugi saat ditemui pada Rabu (30/7/25).
Ironisnya, BBM yang dibelinya itu berasal dari mobil pikap milik warga Jember yang memindahkan bahan bakar dari tangki mobil ke jeriken, tepat di dekat SPBU Labruk yang saat itu sedang tutup karena proses bongkar muat BBM.
Menurut Sugi, banyak warga Lumajang kini malah bergantung pada BBM yang dijual oleh tengkulak dari Jember, yang membeli BBM dalam jumlah besar di Lumajang untuk kemudian dijual kembali dengan harga tinggi.
“Orang Lumajang beli bensin ke orang Jember, padahal belinya di Lumajang,” katanya.
Farhan, salah satu tengkulak asal Kecamatan Panti, Jember mengaku, membeli BBM di Lumajang karena stok di Jember benar-benar kosong. Ia tidak membantah bahwa sebagian BBM yang dibeli akan dijual kembali dengan harga tinggi.
“Mau dibawa ke Jember, di sana kosong nggak ada bensin. Kalau di Jember nanti dijual Rp 35.000 botol besar, yang kecil Rp 25.000,” kata Farhan.
Ia juga menyebut, pertamax sebagai pilihan utama karena pembeliannya tidak dibatasi oleh SPBU, berbeda dengan pertalite yang sudah diberi batas (kuota).
Menanggapi kondisi ini, Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Lumajang, Yudo Hariyanto menyatakan, bahwa pemerintah tidak memiliki kewenangan membatasi pembelian BBM non-subsidi seperti pertamax dan pertamax turbo.
“BBM yang non-subsidi memang tidak diatur, tapi kami mengimbau pada masyarakat agar tidak membeli secara berlebihan,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra