Menu

Mode Gelap
Pasca Yadnya Kasada, Satu Ton Sampah Berserakan di Kawasan Bromo Gropyokan Anti Tikus di Desa Sidorejo: Bupati Lumajang Hadir Dalam Semangat Gotong Royong BPBD Lumajang Luncurkan ‘Si Pena Lusi’ untuk Lindungi Kelompok Rentan Bupati Lumajang: Tidak Ada Ampun bagi Guru Asusila kepada Murid Eksekusi Bangunan di Lumajang, Termohon Kecewa tanpa Pemberitahuan Jenazah Wanita Tewas Tanpa Busana di Grati Pasuruan Dimakamkan

Budaya · 10 Jun 2025 06:35 WIB

Mengenal Sate Lanjeng, Tradisi Tahunan Santri Bani Rancang Probolinggo saat Idul Adha


					TRADISI: Ratusan santri Ponpes Bani Rancang, di Desa Lemahkembar, Kec. Sumberasih, Kab. Probolinggo, saat membakar sate diatas bara api yang memanjang. (foto: Hafiz Rozani).
Perbesar

TRADISI: Ratusan santri Ponpes Bani Rancang, di Desa Lemahkembar, Kec. Sumberasih, Kab. Probolinggo, saat membakar sate diatas bara api yang memanjang. (foto: Hafiz Rozani).

Probolinggo,- Ada tradisi unik yang digelar oleh santri Pondok Pesantren (Ponpes) Bani Rancang, di Desa Lemahkembar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, saat momentum Idul Adha.

Tradisi tak biasa itu berupa ‘Sate Lanjeng, sebuah tradisi membakar daging hasil kurban diatas perapian atau bara api, yang dibentuk memanjang. Bara api yang memanjang, mencerminkan satlogi santri yang ingin menimba ilmu sepanjang masa.

Tahun ini, tradisi ‘Sate Lanjeng’  di Ponpes Bani Rancang digelar Senin (9/6/25) malam di halaman pesantren. Tradisi ini diawali dengan pembuatan bara api pemanggangan dari arang sepanjang sekitar 50 meter.

Setelah api menyala, kemudian sate dibagikan kepada sekitar 500 santri. Masing-masing santri, baik santri putra pun putri, mendapat bagian 4 tusuk sate.

Setelah sate diterima, barulah ratusan santri ini secara berjajar membakar sate di panggangan. Mereka panas-panasan membakar sate hingga daging bakar itu benar-benar matang dan siap santap.

“Sate Lanjeng ini merupakan tradisi di pesantren ini yang dilaksanakan setiap tahun. Pada Idul Adha kali ini, kami menyembelih 80 ekor domba,” kata Pengasuh Ponpes Bani Rancang, Gus Agus Hasan Muktasim Billah.

Setelah sate yang dibakar matang, barulah sate dimakan oleh ratusan santri dengan cara polo’an, yakni lesehan makan bersama dengan alas daun jati.

“Dengan tradisi ini kami mengajarkan tentang adanya kebersamaan, tidak adanya perbedaan suku dan ras para santri saat makan bersama,” imbuh Gus Agus.

Santri Ponpes Bani Rancang, Riani Lailatul mengaku senang bisa terlibat dalam tradisi ini. Menurutnya, ‘Sate Lanjeng’ tak sekedar wadah untuk melestarikan kearifan lokal namun juga menjadi ajang untuk memupuk keakraban dan kerjasama antar santri.

“Senangnya itu mulai bakar sate hingga makan bersama secara bersama-sama. Ini merupakan tradisi pesantren saat Hari Raya Idul Adha dan tidak semua pesantren ada,” cetus Riani. (*) 

 


Editor : Mohammad S

Publisher : Keyra


Artikel ini telah dibaca 44 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dihadiri Menteri Kebudayaan, Dua Dukun Pandita Dikukuhkan di Pura Luhur Poten

11 Juni 2025 - 14:37 WIB

Ngater Kajien Iringi Keberangkatan Belasan Jamaah Calon Haji asal Pulau Gili Ketapang

25 Mei 2025 - 13:17 WIB

Desa Senduro, Permata Lumajang dalam Program Berseri: dari Alam hingga Moderasi Beragama

19 Mei 2025 - 17:20 WIB

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo

13 Mei 2025 - 08:54 WIB

Pariwisata Lumajang Butuh Inklusi Pelaku Lokal, Bukan Sekadar Panggung untuk EO Luar

11 Mei 2025 - 16:10 WIB

Batu Badar Besi Semeru, Ikon Langka dari Lumajang

11 Mei 2025 - 10:26 WIB

Harjakabpro ke-279, Ada Selametan Bumi di Alun-alun Kraksaan

10 Mei 2025 - 06:34 WIB

Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan

3 Mei 2025 - 20:50 WIB

Kontes Domba Lumajang 2025 Diikuti 65 Peserta

24 April 2025 - 16:24 WIB

Trending di Budaya