Probolinggo,- Ada tradisi unik yang digelar oleh santri Pondok Pesantren (Ponpes) Bani Rancang, di Desa Lemahkembar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, saat momentum Idul Adha.
Tradisi tak biasa itu berupa ‘Sate Lanjeng, sebuah tradisi membakar daging hasil kurban diatas perapian atau bara api, yang dibentuk memanjang. Bara api yang memanjang, mencerminkan satlogi santri yang ingin menimba ilmu sepanjang masa.
Tahun ini, tradisi ‘Sate Lanjeng’ di Ponpes Bani Rancang digelar Senin (9/6/25) malam di halaman pesantren. Tradisi ini diawali dengan pembuatan bara api pemanggangan dari arang sepanjang sekitar 50 meter.
Setelah api menyala, kemudian sate dibagikan kepada sekitar 500 santri. Masing-masing santri, baik santri putra pun putri, mendapat bagian 4 tusuk sate.
Setelah sate diterima, barulah ratusan santri ini secara berjajar membakar sate di panggangan. Mereka panas-panasan membakar sate hingga daging bakar itu benar-benar matang dan siap santap.
“Sate Lanjeng ini merupakan tradisi di pesantren ini yang dilaksanakan setiap tahun. Pada Idul Adha kali ini, kami menyembelih 80 ekor domba,” kata Pengasuh Ponpes Bani Rancang, Gus Agus Hasan Muktasim Billah.
Setelah sate yang dibakar matang, barulah sate dimakan oleh ratusan santri dengan cara polo’an, yakni lesehan makan bersama dengan alas daun jati.
“Dengan tradisi ini kami mengajarkan tentang adanya kebersamaan, tidak adanya perbedaan suku dan ras para santri saat makan bersama,” imbuh Gus Agus.
Santri Ponpes Bani Rancang, Riani Lailatul mengaku senang bisa terlibat dalam tradisi ini. Menurutnya, ‘Sate Lanjeng’ tak sekedar wadah untuk melestarikan kearifan lokal namun juga menjadi ajang untuk memupuk keakraban dan kerjasama antar santri.
“Senangnya itu mulai bakar sate hingga makan bersama secara bersama-sama. Ini merupakan tradisi pesantren saat Hari Raya Idul Adha dan tidak semua pesantren ada,” cetus Riani. (*)
Editor : Mohammad S
Publisher : Keyra