Menu

Mode Gelap
Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun Tinjau Pembangunan Jembatan Penghubung Condong – Brabe, Gus Haris Upayakan Akses Permanen Kesetrum Saat Kegiatan Sekolah, Siswa SMPN 3 Kota Pasuruan Tewas Tiga Direktur BUMD Lumajang Mundur, Bupati Siapkan Seleksi Visioner dan Audit PD Semeru Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional Sepasang Kekasih Kena Begal di Jalan Barito Kota Probolinggo, Motor Raib

Ekonomi · 25 Apr 2025 13:32 WIB

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko


					Petani merugi akibat tanam ubi (Foto: Istimewa). Perbesar

Petani merugi akibat tanam ubi (Foto: Istimewa).

Lumajang, – Yulianto, petani asal Desa Karanganom, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, telah mengambil keputusan yang berani dengan menyewa lahan seluas 2,5 hektar untuk menanam ubi varietas Gatotkaca. Varietas ini merupakan hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Yulianto tidak memiliki tanah sendiri, namun ia percaya bahwa ubi Gatotkaca dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

“Pada tahun pertama, hasil panennya cukup memuaskan, dengan total produksi mencapai 40 ton per hektar dan harga jual Rp 3.500 per kilogram,” kata Yulianto, Jumat (25/4/25).

Namun, pada tahun kedua, situasi berubah drastis. Yulianto tidak dapat menjual hasil panennya karena mitra yang berjanji akan menyerap hasil panen tidak kunjung datang.

“Ubi yang seharusnya dipanen dalam waktu 4,5 bulan justru membusuk setelah 8 bulan,” ungkapnya.

Yulianto menyadari bahwa perjanjiannya dengan mitra tidak tertulis di atas kertas, melainkan hanya bermodalkan kepercayaan. “Saya berharap bahwa petani lainnya dapat belajar dari pengalamannya dan lebih berhati-hati dalam membuat keputusan bisnis,” jelasnya.

Dalam hal ini, kisah Yulianto menunjukkan bahwa keberanian mengambil risiko dapat membawa hasil yang tidak terduga. Namun, dengan pengalaman dan pelajaran yang dipetik, Yulianto berharap dapat membantu petani lainnya untuk membuat keputusan yang lebih bijak.

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan DKPP Lumajang, M. Arif Budiman mengatakan, masalah yang dihadapi petani ubi jalar adalah kurangnya komunikasi antara petani dan mitra, serta serapan pasar yang rendah pada bulan-bulan tertentu.

“Komunikasi yang baik antara petani dan mitra sangat penting untuk kesuksesan budidaya ubi jalar. Dengan komunikasi yang baik, petani dapat memahami kebutuhan pasar dan mitra dapat menyerap hasil panen dengan lebih efektif,” kata Arif.

Untuk meningkatkan volume hasil panen yang dapat diserap, kata Arif, pihak terkait harus berusaha untuk mencari mitra-mitra baru.

“Dengan demikian, diharapkan petani dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan meningkatkan pendapatan mereka,” jelasnya.

Komunikasi yang baik dan serapan pasar yang efektif sangat penting untuk kesuksesan budidaya ubi jalar.

“Dengan kerja sama yang baik antara petani dan mitra, serta pencarian mitra baru, diharapkan petani dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan meningkatkan pendapatan mereka,” pungkasnya. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 74 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Perputaran Uang Pemotongan Hewan Kurban di Probolinggo Capai Rp 30 Miliar

14 Juni 2025 - 14:23 WIB

PHRI Lumajang Nilai Kebijakan Mendagri Buka Peluang Besar Pertumbuhan Hotel dan Restoran

8 Juni 2025 - 08:58 WIB

Terjadi Deflasi, Harga Cabai di Jember Turun Drastis

4 Juni 2025 - 01:41 WIB

Gurihnya Keripik Talas Lereng Gunung Semeru Rambah Luar Daerah

29 Mei 2025 - 17:17 WIB

Laris Sebelum Hari H, Sapi Kurban di Pasuruan Hampir Habis

28 Mei 2025 - 17:14 WIB

Disporapar Probolinggo Gelar Pelatihan Digital, Dorong Pegiat Ekonomi Kreatif Kuasai Teknologi

28 Mei 2025 - 16:43 WIB

Jual Sapi Zaman Now: Offline, Online, tetapi Tetap Bikin Dompet Tebal

27 Mei 2025 - 17:16 WIB

Menjelang Idul Adha, Harga Hewan Ternak di Lumajang Merangkak Naik

24 Mei 2025 - 18:34 WIB

Pedagang Hewan Qurban Musiman Mulai Bertebaran di Kota Probolinggo

23 Mei 2025 - 18:07 WIB

Trending di Ekonomi