Menu

Mode Gelap
KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei Jadi Tuan Rumah Pesta Miras yang Tewaskan 2 Orang, Kades Temenggungan Ngaku Tidak Tahu

Religi & Pesantren · 24 Mei 2024 09:13 WIB

Umat Buddha Probolinggo Gelar Ritual Perayaan Waisak, Begini Prosesinya


					KHIDMAT: Proses ritual puncak perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Kota Probolinggo berlangsung khidmat. (foto: Hafiz Rozani). Perbesar

KHIDMAT: Proses ritual puncak perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Kota Probolinggo berlangsung khidmat. (foto: Hafiz Rozani).

Probolinggo,- Ratusan umat Buddha Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Kota Probolinggo, Kamis malam (23/05/24) mengikuti Upacara Perayaan Waisak 2568 BE. Puncak perayaan Waisak ini digelar dengan berbagai ritual sakral.

Prosesi ritual Waisak dimulai sejak pukul 19.00 WIB, diawali sembahyang bersama menghadap 4 penjuru mata angin. Lalu dilanjutkan pada pukul 20.30 WIB, yakni pembacaan parita suci menghadap rupang Buddha di halaman klenteng.

Memasuki detik-detik puncak Waisak, tepatnya pukul 20.52 WIB, umat Buddha menggelar meditasi dengan suasana hening selama beberapa menit.

Kemudian, umat Buddha mengikuti ritual terakhir yakni Bradak Sina berupa prosesi mengililingi tempat ibadah atau tempat dewa sebanyak 3 kali.

Ketua 2 Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Ervan Sujianto mengatakan, perayaan Waisak ini memiliki 3 makna sekaligus yakni memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha.

“Perayaan tersebut dilakukan dengan berbagai prosesi ritual, salah satunya pembacaan Parita Suci mendekati detik-detik Waisak dilanjutkan dengan meditasi hening,” ujar Ervan.

Menurut Ervan, ada perbedaan dalam ritual Perayaan Hari Raya Waisak tahun ini dengan tahun sebelumnya. Saat ini kala melaksanaan Bradak Sina, umat Buddha membawa bunga sedap malam dan dupa.

Sementara tahun-tahun sebelumnya, saat prosesi Bradak Sina umat Buddha hanya membawa lilin sebagai ornamen ritual.

“Dengan Perayaan Waisak ini, umat Buddha dapat membersihkan diri dari rasa iri, dengki, benci, malas dan hal-hal buruk lainnya,” imbuh Ervan.

Sebelum memasuki puncak perayaan, Umam Buddha telah melakukan prosesi memandikan rupang Buddha kecil di halaman Klenteng. Prosesi sakral ini menggunakan air dan bunga. (*)

 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Moh. Rochim

Artikel ini telah dibaca 27 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kiai Hasan Genggong, Ulama Sejuta Karomah dengan Jejak Spiritual Mendalam

10 April 2025 - 22:15 WIB

Berburu Barokah, Ribuan Jemaah Hadiri Haul Kiai Hasan Genggong ke-72

10 April 2025 - 16:48 WIB

TP PKK Lumajang Tebar Ilmu Perkuat Iman dengan Kajian Tafsir dan Tahsin Al-Qur’an

27 Maret 2025 - 15:41 WIB

NU Lumajang Beberkan Lima Keistimewaan yang Perlu Diketahui Saat Bulan Ramadhan

6 Maret 2025 - 11:54 WIB

Tentukan Awal Ramadhan, NU Kota Probolinggo Tunggu Sidang Isbat

26 Februari 2025 - 09:28 WIB

Perluas Dakwah, NU Krejengan Probolinggo Gelar Pelatihan Digital

10 Februari 2025 - 15:43 WIB

Mengenal Sofia, Aktivis asal Leces yang Kini Menakhodai Fatayat NU Kabupaten Probolinggo

27 Januari 2025 - 13:04 WIB

Kreatif! Ponpes Azidan Barokatu Zainil Hasan Gelar Lomba Kreasi Tumpeng Sambut Hari Ibu

16 Desember 2024 - 19:43 WIB

Era Baru NU Kota Probolinggo Dimulai, Tiga Pilar jadi Spirit Gerakan

27 Oktober 2024 - 19:22 WIB

Trending di Religi & Pesantren