Menu

Mode Gelap
Satpolairud Polres Pasuruan Kota Tempati Gedung Baru di Panggungrejo Fisik Terbatas tak Halangi Para Tunanetra Unjuk Kebolehan di MTQ Jatim XXXI Jember Parkir di Selatan Alun-alun Kota Probolinggo, Motor Matic Raib Residivis Ditangkap Usai Satroni Sekolah dan TPQ Pasca Laka Maut di Jalur Bromo, Usulan Pembangunan Jalur Penyelamat Menguat Kantor KUD di Beji Pasuruan Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Ekonomi · 1 Mar 2024 18:13 WIB

Ironis! Harga Beras di Lumajang Mahal, Gabah Murah


					RESAH: Seorang petani tengah mengecek tanaman padi di sawahnya. (foto: Asmadi). Perbesar

RESAH: Seorang petani tengah mengecek tanaman padi di sawahnya. (foto: Asmadi).

Lumajang,- Harga beras di sejumlah Pasar Tradisional di Kabupaten Lumajang semakin mahal sejak 2 pekan terakhir. Bukan hanya jenis beras premium, tetapi beras medium juga mengalami lonjakan harga.

Kabid Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang Arif Budiman mengatakan, harga beras medium di Pasar Baru Lumajang mencapai Rp16 ribu per kilogramnya.

“Beras-beras yang beredar di pasaran Lumajang bukan berasal dari produk pertanian warga lokal Lumajang,” kata Arif, Jumat (1/3/2024).

Beras dari petani lokal, sambungnya, dikirim ke luar kota seperti Jember, Banyuwangi, Probolinggo, hingga Bali. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan beras sendiri, banyak masyarakat yang membeli beras dari luar Lumajang.

“Masalahnya beras yang disini (Lumajang, red) dikirim ke luar, jadi yang ada di pasaran bukan beras kita,” jelas Arif.

Ironisnya, harga beras yang mahal justru berbanding terbalik dengan harga gabah di Lumajang, yang justru murah. Harga gabah kering yang sebelumnya Rp8 ribu/kg, kini hanya Rp 6,8 ribu/kg.

“Harga gabah kering panen saat ini mulai turun, kalau tidak salah sekarang harganya Rp6.800-an, sebelumnya bisa sampai Rp 8.000 per kilogramnya,” tambahnya.

Selain mahalnya harga beras dan murahnya harga gabah, DKPP Lumajang juga dipusingkan dengan jumlah lahan pertanian di Lumajang yang terus menyusut.

Tercatat, ada 3.000 hektare lahan pertanian di luar Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) Lumajang yang jumlahnya 32.000 hektare.

“Lahan pertanian kita juga terus menyusut, banyak jadi perumahan dan bangunan sehingga produksi kita juga menurun dari tahun ke tahun,” pungkas dia. (*)

 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 106 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Dari Dapur Nenek ke Meja Milenial, Makanan Tradisional yang Menyatukan Zaman

24 Agustus 2025 - 15:15 WIB

Target Luas Tanam Tembakau di Kabupaten Probolinggo Belum Tercapai

18 Agustus 2025 - 17:22 WIB

Trending di Ekonomi