PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Selama lima tahun, nenek Nafisa (72) warga Desa / Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, harus hidup sebatang kara. Ia tinggal di rumah ‘gedek’ seorang diri lantaran sang suami telah tiada.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, perempuan lanjut usia itu harus bekerja seorang diri dengan berjualan makanan ringan yang dibuatnya sendiri. Nenek Nafisa pantang berharap pada bantuan orang lain, baik anak ataupun tetangganya.
Makanan yang dibuat nenek Nafisa disebut ‘Opak Gulung’. Makanan ringan ini sudah sekitar 12 tahunan dibuatnya. Sebelum sang suami meninggal, pembuatan makanan yang terbuat dari tepung terigu itu mereka buat berdua.
Siapa sangka, ‘Opak gulung’ yang hanya dimasak dengan wajan datar diatas tungku mampu menghasilkan citarasa gurih dan renyah. Alhasil, opak buah tangan Nafisa mengundang minat warga sekitar, toko kelontong hingga swalayan di Kabupaten Probolinggo.
Dengan membuat opak gulung, nenek dengan dua anak ini hidup mandiri tanpa bergantung kepada kedua anaknya yang menikah. Nafisa mengaku tak mengapa ia hidup sebatang kara asal tidak merepotkan orang lain.
“Meskipun tidak seberapa penghasilannya, tapi cukup untuk biaya makan sehari-hari. Bedanya kalau dulu saya mampu buat 30 bungkus lebih, karena ada suami yang bantu. Dekarang 20 bungkus itu kadang-kadang,” kata Nenek Nafisa ditemui di rumahnya, Sabtu (14/9).
Saat PANTURA7.com, berkunjung kerumahnya, nenek Nafisa yang tengah membuat opak gulung. “Mudah cara buatnya. Bahannya tepung terigu, telur, santan dan gula yang dicampur dengan air secukupnya, kemudian dituangkan ke cetakan. Dua menit sudah jadi,” jelasnya.
Keterampilan membuat opak Gulung, menurut Nafisa, sudah dikuasainya sejak ia masih gadis. Keterampilan itu ia dapat dari almarhum ibunya yang terus dikembangkan hingga saat ini.
“Ibuk yang ngajarin dulu sebelum meninggal lalu saya teruskan sama suami untuk mencari penghasilan hidup sehari-hari. Bukan tidak dibantu anak, tapi saya gak mau ngerepotin anak yang sudah berkeluarga,” tuturnya.
Untuk harga jual, Nafisa menjelaskan, satu bungkus opak dihargai Rp 8 ribu. Berkat ketekunannya, opak gulung kini banyak dijual di sekitar Desa Krejengan.
“Tapi sekarang kalau ada yang mau beli, mereka datang kesini. Saya tidak nganterin lagi, kalau dulu saat suami masih ada, suami yang nganter, saya dirumah cuma bikin opak saja,” ujarnya.
Wahyu Indah (25) salah satu penikmat opak gulung mengaku, opak buatan nenek Nafiza berbeda dengan opak gulung pada umumnya. Tak hanya rasa, harganya pun relatif lebih murah dibanding opak gulung lainnya.
“Opak gulung ini enak untuk dibuat oleh-oleh ketika mengunjungi teman dan keluarga yang ada di luar Probolinggo. saya sudah berlangganan di sini, apalagi kalau ada acara keluarga,” ungkapnya. (*)
Penulis : Moh Ahsan Faradies
Editor : Efendi Muhammad
Tinggalkan Balasan