Menu

Mode Gelap
Eks Kepala Desa di Bondowoso Edarkan Narkoba, Tertangkap di Jember. Longsor Kembali di Piket Nol, Akses Malang-Lumajang Macet Total Nelayan Hilang di Perairan Gending, Pencarian Terhambat Cuaca Buruk Kakak-beradik asal Gunung Geni Probolinggo jadi Maling Motor, Kini Dibekuk Polisi Jembatan Karangjati Anyar Putus, Warga Terpaksa Menyusuri Sungai Wisata Lumajang Terhambat Karena Dinas Pariwisata Tak Fokus Tata Kelola dan Branding

Budaya · 5 Feb 2019 07:57 WIB

Melihat Kampung Pecinan Kota Probolinggo Yang Masih Lestari


					Melihat Kampung Pecinan Kota Probolinggo Yang Masih Lestari Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Perayaan Imlek di Kota Probolinggo merupakan tradisi yang hingga kini terpelihara. Namun siapa sangka, Kota Probolinggo sangat kental dengan budaya Tionghoa. Seperti apa wajah Pecinan di Kota Bayuangga?

Berdasar data yang dimiliki PANTURA7.com, jauh sebelum Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945, warga Tionghoa sudah masuk ke Kota Probolinggo melalui jalur perdagangan.

Akses distribusi untuk perdagangan rempah-rempah dulu tersebar di sepanjang jalur Sungai Banger. Tetapi Sungai Banger “tempo doloe” lebar dan dalam sehingga kapal dan perahu leluasi melintasi sungai yang membelah tengah kota. Tidak seperti sekarang, Sungai Banger dangkal dan sempit sehingga tidak bisa dilewati kapal dan perahu.

Ketika VOC masuk ke Probolinggo, tepatnya pada masa Daendels (1808-1811) Probolinggo pernah dijual sebagai tanah partikelir pada seorang pengusaha Tionghoa bernama Kapiten Han Tik Ko atau Babah Tumenggung Probolinggo dari Pasuruan.

Namun sayang, karena pemberontakan rakyat pada tahun 1813, membuat Han Tik Ko terbunuh hingga tanah kembali pada VOC. Sementara itu Probolinggo dalam bahasa Tiongkok disebut ‘Pangyue’ yang berbunyi seperti Banger.

Salah satu kelompok etnis Tionghoa yang tinggal di Kota Probolinggo, mereka dikenal dengan warga kampung pecinan. (Foto : Rahmad Soleh).

Hal itu dibuktikan dengan keberadaan bangunan Tionghoa termasuk klenteng yang bernama Liong Tjwan Bio. Sekarang klenteng itu bernama Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) atau Klenteng Sumber Naga.

Beberapa bangunan Tionghoa tersebar di beberapa kawasan, di antaranya Jl. dr Soetomo yang merupakan kawasan perdagangan. Di Jl. WR.Supratman , Jl. Brigjen Katamso, Jl. A. Yani dan Jl. Letjen Suprapto merupakan kawasan hunian etnis Tionghoa.

Beberapa rumah di kawasan tersebut dulunya mengelilingi Sungai Banger.  Beberapa rumah itu hingga kini nasih terpelihara dengan ciri khas arsitektur Tiongkok. Yakni, dengan gevel atap melengkung meski kini beberapa telah mengalami akulturasi budaya baik Eropa maupun budaya Jawa.

Dengan jumlah sekitar 1.200 jiwa orang Tionghoa, bentuk arsitektur rumah warga Tionghoa di Kota Probolinggo terdiri dari tiga tipe.

Pertama, tipe rumah dengan wajah bangunan simetris. Memiliki tiga pintu dan tidak banyak menunjukkan langgam desain kolonial pada struktur bangunannya. Contoh rumah tipe ini adalah rumah-rumah di sepanjang Jalan Brigjen Katamso.

Kedua, wajah bangunannya bergaya Indisch Empire. Lebih banyak menunjukkan langgam desain Eropa, diadaptasikan dengan iklim lokal, dan memiliki sebuah ruang kantor di teras depan yang luas.

Contoh rumah tipe kedua ini adalah rumah-rumah di Jalan  dr Soetomo, Letjen Suprapto dan Jl. A.Yani.

Ketiga, wajah bangunan menunjukkan ciri-ciri desain Eropa modern. Tapi tidak memiliki teras atau serambi terbuka di luar, meskipun terdapat kantor di bagian depan. Tipe ketiga ini bersifat sangat tertutup dari luar, lain dengan tipe kedua.

Beberapa kawasan tersebut hingga kini masih terpelihara dengan baik. Hanya saja beberapa tampilan luar sudah mengalami perubahan meski tidak secara signifikan. Namun perayaan Imlek pada 2019 atau 2570 masih secara rutin diperingati. (*) (Dari berbagai sumber)

 

 

 

Penulis: Rahmad Soleh

Editor: Ikhsan Mahmudi

Artikel ini telah dibaca 110 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo

13 Mei 2025 - 08:54 WIB

Wagub Emil Dardak Soroti Kerusakan Tanggul Kebondeli Lumajang, begini Responsnya

13 Mei 2025 - 06:18 WIB

Pemkab Probolinggo Tegaskan Belum Pernah Keluarkan Rekomendasi Izin Penjualan Miras

12 Mei 2025 - 19:54 WIB

Ketahanan Pangan Desa Lumajang: Inovasi, Pelatihan dan Dana Desa Bersinergi

12 Mei 2025 - 19:23 WIB

Lumajang Bersatu Hadapi Ancaman Banjir: Perbaikan Darurat Tanggul Sungai Kebondeli Jadi Prioritas Utama

12 Mei 2025 - 17:37 WIB

FKDT Lumajang dan Pemkab Bersinergi Wujudkan Pendidikan Keagamaan

12 Mei 2025 - 14:24 WIB

Bunda Indah Gerakkan Penanganan Darurat Kerusakan Talud di Candipuro untuk Lindungi 82 KK

12 Mei 2025 - 13:26 WIB

Tanggul Kampung Renteng di Lumajang Rusak, Butuh Perbaikan Segera

11 Mei 2025 - 17:13 WIB

Pariwisata Lumajang Butuh Inklusi Pelaku Lokal, Bukan Sekadar Panggung untuk EO Luar

11 Mei 2025 - 16:10 WIB

Trending di Budaya