PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Petani di Kota Probolinggo mempunyai cara unik untuk merayakan panen tiba. Mereka menggelar tradisi kerapan sapi brujul (pembajak tanah) sebagai salah satu cara untuk bersilaturahmi antar petani.
Kerapan ini berbeda dengan karapan sapi merah di Pulau Madura, karena menggunakan sapi pembajak sawah. Lintasannya pun berbeda bukan seperti pada umumnya seperti lapangan. Namun, lintasannya adalah area persawahan yang dipenuhi lumpur. Adapun jaraknya sekitar 100 meter saja.
Kali ini kerapan dilakukan di areal persawahan yang terletak di Jl. KH. Syafi’i, Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Kegiatan tersebut digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (1-2/9/2018). Kerapan sekaligus tradisi ini dalam rangka even Seminggu di Kota Probolinggo (Semipro) 2018.
Djaelani (37) , salah satu peserta kerapan sapi brujul mengaku, sudah rutin mengikuti lomba kerapan ini. Ia sendiri seringkali menang di beberapa lomba yang sama. Ia pun jauh-jauh hari menyiapkan sapinya untuk lomba.
“Dalam lomba ini sapi juga harus dipastikan memiliki kualitas yang cukup baik. Sebelum ikut lomba dilatih dan diberi jamu-jamuan,” kata Djaelani.

Penonton pun mengaku terhibur dengan gelaran kerapan sapi brujul ini. Ialah Hasim (33), warga Sumbertaman Wonoasih ini tak pernah absen jika ada kerapan sapi.
“Sangat seru melihat kerapan sapi brujul ini. Saya tidak pernah melewatkan. Dimana ada kerapan sapi saya selalu nonton termasuk di even Semipro ini,” ujar Hasim.
Awalnya, gelaran karapan sapi brujul ini dilakukan secara sederhana oleh komunitas petani. Namun saat ini, karapan sapi brujul justru banyak dikenal masyarakat, karena telah mengikuti berbagai festival pada even budaya.
Saat ini karapan sapi brujul menjadi salah satu destinasi tujuan wisata yang dapat mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah dan luar negeri. (Adv)
Penulis: Rahmad Soleh
Editor: Ikhsan Mahmudi













