Lumajang, – Lingkungan pesantren kembali mendapat sorotan setelah tiga santri Pondok Pesantren (Ponpes) Asy-Syarifiy 01 di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, harus dilarikan ke rumah sakit karena keracunan larutan kimia berbahaya jenis Hydrochloric Acid (HCL).
Peristiwa yang terjadi pada 10 Juli 2025 ini melibatkan tiga santri bernama Dewangga, Azril, dan Rama. Ketiganya mengalami gejala keracunan setelah meminum cairan yang diduga ditempatkan di botol minuman oleh salah satu santri lain dalam aksi yang disebut sebagai prank.
Kondisi Dewangga menjadi yang paling parah. Ia dilaporkan mengalami penyumbatan saluran pencernaan dan masih dalam masa pemulihan hingga tiga bulan pasca kejadian.
Menanggapi insiden tersebut, Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Lumajang akan melakukan evaluasi terhadap sistem pengawasan dan keselamatan di Ponpes Asy-Syarifiy 01. Evaluasi ini mencakup pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan pesantren yang dinilai berpotensi menimbulkan risiko bagi santri.
“Kami bakal melakukan evaluasi, termasuk pembinaan dan pengawasan kepada pondok, utamanya pondok yang bermasalah,” kata Sudihartono, Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Lumajang, Jumat (3/10/25).
Menurutnya, peristiwa tersebut telah dibahas bersama Komisi D DPRD Lumajang, dan tidak ditemukan unsur kelalaian langsung dari pihak pesantren. Namun, Kemenag tetap menegaskan aspek keselamatan santri harus menjadi prioritas utama dalam sistem pendidikan berbasis asrama.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kasus ini bermula dari aksi iseng seorang santri yang memasukkan larutan HCL ke dalam botol kosong, menyerupai botol soda. Cairan tersebut dibawa ke dalam kamar, dan secara tidak sengaja diminum oleh santri lain yang kehausan setelah piket.
“Ini semacam prank, ada botol soda kosong yang diisi air HCL dan dibawa ke kamar. Santri yang lain tidak tahu, karena sedang kelelahan, lalu meminumnya karena dikira air biasa,” jelas Sudihartono.
Aksi ini berujung serius. Ketiga santri mengalami keracunan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Respons cepat dari pihak pesantren mendapat apresiasi, meskipun insiden ini menunjukkan adanya celah dalam pengawasan internal.
Sudihartono memastikan pihak pesantren telah tanggap dan bertanggung jawab, namun pembinaan akan tetap dilakukan sebagai langkah pencegahan agar insiden serupa tidak terjadi kembali.
“Pihak pondok sudah sangat tanggap karena langsung mengambil langkah membawa korban ke rumah sakit,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra