Probolinggo – Maimuna, warga Dusun Duren, Desa/Kecamatan Pakuniran menjadi salah satu calon jemaah haji (CJH) Kabupaten Probolinggo tahun ini. Ia sendiri, tak menyangka di usianya yang sudah 101 tahun, bisa menunaikan rukun Islam kelima itu.
Ia mengisahkan, sudah puluhan tahun ia tak lagi memiliki aktivitas untuk menghasilkan uang. Dengan usianya yang sudah renta, ia sudah tak lagi bekerja seperti dulu.
“Dulu saya buka warung, jualan soto, pecel, rujak dan yang lainnya,” katanya, Selasa (6/5/25).
Dengan kondisi tersebut, aktivitasnya hanya berkecimpung di dalam rumah. Ia tinggal bersama putra kelimanya, Husnan yang berprofesi sebagai kuli bangunan.
Ia memiliki enam anak. Dari keenam anaknya itu, tiga di antaranya sudah meninggal dunia. Dan tiga lainnya sudah berumah tangga masing-masing.
“Anak kesatu, ketiga, dan yang bungsu itu sudah meninggal, tinggal yang nomor dua, empat dan yang kelima,” ucapnya.
Nyatanya, ketiga anaknya yang tersisa ini bersepakat untuk memberangkatkan haji Maimuna yang sudah menjanda sejak 2012 lalu. Dengan profesinya masing-masing, mereka bertiga iuran untuk mendaftarkan haji Maimuna sekaligus dengan biaya pelunasannya.
Maimuna menjelaskan, anaknya yang kedua yakni, Halimatus Sakdiyah kini sudah berumah tangga dan ikut suaminya ke Kabupaten Sampang, Madura.
Anaknya ini memiliki usaha percetakan dan sablon. Muhammad Syukur, anaknya yang keempat juga sudah berumah tangga. Ia ikut istrinya di Pamekasan Madura dan berprofesi sebagai guru.
Sedangkan anaknya yang kelima yakni, Husnan berprofesi sebagai kuli bangunan. Husnan inilah yang tinggal bersama Maimuna.
“Anak semua yang bayar, ada yang jual sapi juga buat biaya haji. Saya sendiri seribu rupiah pun tidak bayar. Saya tidak punya uang, jadi semuanya dari anak-anak,” ujarnya.
Ia pun bersyukur mempunyai putra-putri yang bisa berbakti kepadanya. Dan ketiga anaknya itu, tidak ada yang meminta ganti uang atas biaya hajinya.
“Mereka bilang ke saya, yang penting saya haji dulu. Siapa tahu setelah saya haji, mereka yang selanjutnya akan berhaji,” ucapnya.
Maimuna berjanji akan mendoakan ketiga anaknya itu di kota suci Mekkah – Madinah agar bisa segera berhaji juga. Sebab ia menyadari, biaya haji tidaklah murah.
Dulu tahun 2019 ketika ia didaftarkan haji, biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 25 juta.
Sedangkan untuk biaya pelunasannya Rp34.150.000. Sehingga total untuk biaya hajinya itu mencapai hampir Rp60 juta.
Maimuna melanjutkan, tak hanya di tanah suci, ia mendoakan putra-putrinya itu. Selama ini, setiap tiba hari weton anaknya itu, ia selalu menggelar selametan, meskipun ala kadarnya dengan jajanan atau kue tujuh macam. Tujuannya adalah untuk kebaikan anak-anaknya itu.
“Kadang saya puasa juga, agar anak-anak saya itu menjadi orang yang baik dan sukses,” ucapnya.
Kini, ia terus berfokus untuk menjaga kesehatannya. Agar pada saat keberangkatan nanti, kondisinya bisa prima dan bisa menjalankan ibadah haji dengan baik.
“Kalau pagi saya olahraga sedikit-sedikit, jalan-jalan pagi biar sehat. Karena tanggal 25 Mei ini berangkat,” ucapnya.
Di sisi lain, Kepala Desa Pakuniran, Ahmad Fauzi mengatakan, Maimuna adalah sosok teladan dalam merawat dan mendidik anak-anaknya. Alhasil, ketiga anaknya kompak untuk memberangkatkan haji Maimuna sebagai bentuk bakti kepada orangtua.
“Anak-anak yang kompak untuk memberangkatkan haji orangtua itu pastinya tidak terlepas dari didikan orangtuanya. Ini bisa menjadi contoh bagi kita semua. Anak yang dididik dengan baik, pasti juga akan membawa kebaikan bagi orangtua,” ucapnya.
Selain itu, Fauzi menjelaskan, tahun ini di Desa Pakuniran terdapat empat orang yang akan berangkat haji salah satunya, Maimuna. Pihaknya berharap para calon jemaah haji itu bisa menjaga kesehatannya agar bisa pergi dan pulang haji dalam keadaan sehat.
“Pihak desa terus memantau kesehatan mereka, terlebih ibu Maimuna yang sudah sepuh dan menjadi yang tertua di Kabupaten Probolinggo tahun ini,” ucapnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra