Probolinggo,– Momentum Idul Adha 1446 H memiliki catatan penting bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo, khususnya dalam hal distribusi dan pelaksanaan ibadah kurban.
Tahun ini, pemotongan hewan kurban tercatat berlangsung di 243 desa dari total 330 desa/kelurahan yang ada di kabupaten Probolinggo.
Dengan jumlah tersebut, hanya ada 87 desa yang belum tercatat terjadi pemotongan hewan kurban pada idul adha tahun ini.
Sedangkan pada tahun 2024 lalu, Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo tercatat hanya mengeluarkan 70 Tempat Pemotongan Hewan Sementara pada momentum idul adha 1445 hijriyah.
Dengan hal tersebut, Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo menargetkan pada Idul Adha tahun depan, seluruh desa dan kelurahan di wilayah Kabupaten Probolinggo dapat tercatat terjadi pelaksanaan pemotongan hewan kurban.
Langkah ini bukan hanya demi pemerataan pelaksanaan ibadah kurban, tetapi juga sebagai upaya menggerakkan perekonomian lokal, terutama sektor peternakan rakyat.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo, drh. Nikolas Nuryulianto mengatakan, pemotongan hewan kurban bukan hanya soal religius, tetapi juga berdampak besar pada geliat ekonomi masyarakat.
“Idul Adha bukan sekadar perayaan keagamaan. Tapi juga momentum strategis untuk mendorong perputaran ekonomi di sektor peternakan. Semakin banyak desa yang melakukan pemotongan kurban, semakin besar pula dampaknya terhadap penghasilan peternak dan pelaku usaha kecil di sekitarnya,” kata Nikolas, Minggu (15/6/25).
Menurutnya, tahun ini tercatat peningkatan signifikan dalam jumlah desa yang melaksanakan pemotongan hewan kurban dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun, pihaknya tidak ingin berhenti sampai di angka 243 desa.
Dengan strategi pembinaan dan pendampingan, Dinas Pertanian menargetkan pelaksanaan kurban dapat merata di seluruh 330 desa/kelurahan di Kabupaten Probolinggo pada Idul Adha 1447 H mendatang.
“Masih ada desa-desa yang mungkin menghadapi kendala baik dari sisi ketersediaan hewan maupun fasilitas pemotongan. Oleh karena itu, kami akan melakukan pemetaan dan menyusun program kendala tersebut bisa diatasi,” ujar dia.
Pihaknya juga tengah menyiapkan program pelatihan untuk para takmir masjid dan panitia kurban di desa-desa. Pelatihan ini meliputi aspek kesehatan hewan, teknik penyembelihan halal, serta pengelolaan daging kurban secara higienis dan aman dikonsumsi.
“Kami tidak hanya fokus pada kuantitas, tetapi juga kualitas pelaksanaan kurban. Hewan yang dikurbankan harus sehat dan memenuhi syarat syariah. Proses pemotongan juga harus memenuhi standar keamanan pangan,” beber Nikolas.
Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah desa, kelompok peternak, serta masyarakat umum untuk menyukseskan target tersebut. Ia menyebutkan bahwa dengan pemerataan pelaksanaan kurban, tidak hanya peternak yang diuntungkan, tetapi juga pedagang pakan, tukang jagal, hingga pelaku usaha kecil menengah yang terlibat dalam pengolahan daging.
“Kalau kurban bisa merata, perputaran uang di tingkat lokal bisa luar biasa. Kita bicara mulai dari pembelian hewan, biaya operasional, sampai dengan pengemasan dan distribusi daging. Semua itu membuka peluang kerja dan penghasilan bagi warga,” jelasnya.
Ia optimistis bahwa dengan dukungan berbagai pihak, target pelaksanaan pemotongan kurban di seluruh desa/kelurahan bisa tercapai pada tahun depan. Apalagi, kesadaran masyarakat untuk berkurban diyakininya akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga menjadi bagian dari partisipasi aktif masyarakat dalam memperkuat ketahanan ekonomi dan spiritual di lingkungannya masing-masing,” tandas Nikolas. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra