Lumajang, – Permasalahan hama tikus yang semakin merajalela di wilayah pertanian Lumajang menjadi perhatian serius berbagai pihak, terutama para petani.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Lumajang, Ishak Subagio, mengungkapkan, sejumlah faktor yang menyebabkan ledakan populasi tikus di sawah-sawah petani hingga kini belum dapat dikendalikan secara efektif.
Menurut Ishak, kunci utama pengendalian tikus adalah kebersihan di sekitar pematang sawah dan kekompakan antar petani dalam melakukan gerakan pengendalian.
Namun, kenyataannya saat ini petani cenderung bekerja sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang baik, sehingga upaya pengendalian menjadi tidak maksimal.
“Kurang kompaknya petani dalam pengendalian ini berakibat fatal, populasi tikus makin meledak dan merusak tanaman padi secara masif,” kata Ishak, Senin (9/6/25).
Lebih lanjut, Ishak mengingatkan, bahwa dana desa yang dialokasikan sebesar 20% untuk ketahanan pangan seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mendukung gerakan pengendalian hama tikus secara terpadu.
“Namun, selama ini dana tersebut belum dimaksimalkan dengan baik untuk tujuan tersebut,” katanya.
Selain itu, kata Ishak, paradigma kerja dinas pertanian yang selama ini cenderung menjadikan kelompok tani (poktan) sebagai “pengemis bantuan” dan hanya aktif saat ada bantuan dari pemerintah.
Ia menilai sudah saatnya dinas mengubah pendekatan dengan mendorong poktan agar lebih aktif, mandiri, dan dinamis dalam mengelola pertanian dan pengendalian hama.
“Sudah saatnya paradigma dari dinas berubah, yaitu mendorong kelompok tani untuk aktif dan dinamis, bukan menjadikan poktan sebagai pengemis bantuan. Ini terbukti saat ini poktan hanya aktif jika ada bantuan,” tegas Ishak. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra