Menu

Mode Gelap
Mengenal Roisatul Muttaqin Alalloh, Dara Cantik asal Jorongan Probolinggo yang Wakili Indonesia di 3 Negara Bupati Tersentuh Nasib Lansia Tinggal di Rumah Tidak Layak di Kunir Pemilik Kafe Magnolia Siap Buka Ruang Komunikasi Soal Lahan Parkir Terungkap! Ini Alasan Pria di Pasuruan Nekat Curi Pakaian Dalam Wanita Kejari Lumajang Selidiki Dugaan Korupsi Alih Fungsi Sungai Asem Sambut HUT RI ke-80, Pemkot Probolinggo Bagikan 6 Ribu Bendera ke Warga

Budaya · 29 Mar 2025 02:24 WIB

Mengenal Ogoh- ogoh, Tradisi Menjelang Hari Raya Nyepi


					Arak-arakan ogoh-ogoh di Desa Senduro. Perbesar

Arak-arakan ogoh-ogoh di Desa Senduro.

Lumajang, – Ogoh-ogoh merupakan sebuah patung raksasa yang dibuat oleh Umat Hindu sebagai bagian integral dari perayaan Nyepi.  Sebuah hari raya penting dalam agama Hindu termasuk di Kabupaten Lumajang.

Patung tersebut, kemudian diarak sejauh 4 kilometer (km), di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, menjelang Hari Raya Nyepi sebagai bagian dari rangkaian upacara yang meriah.

Tak heran, jika ogoh-ogoh disimbolkan sebagai keburukan manusia melambangkan tokoh Hindu bernama Bhuta Kala. Buta Kala sendiri memiliki simbol keburukan sifat manusia dan hal negatif di dalam alam semesta.

Selama prosesi arak-arakan ogoh-ogoh, masyarakat di Desa Senduro bergabung dalam perayaan dengan penuh semangat. Mereka membawa ogoh-ogoh sebagai simbol keburukan manusia dengan diiringi oleh gamelan yang disebut bleganjur, menciptakan suasana yang meriah dan khidmat.

Arak-arakan ini juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk bersatu dan merayakan warisan budaya para leluhur.

Tidak hanya itu, ogoh-ogoh yang dibuat tidak hanya sekadar karya seni, melainkan juga memiliki makna mendalam. Patung raksasa yang dibuat itu, merupakan representasi dari sifat-sifat negatif yang ada dalam diri manusia dan alam semesta.

Dengan mengarak ogoh-ogoh, umat Hindu berharap dapat membersihkan diri dari keburukan dan memulai tahun yang baru dengan pikiran yang jernih dan hati yang suci.

“Nah, setelah diarak sejauh 4 kilometer (km), ogoh-ogoh kemudian dimusnahkan dalam prosesi Tawur Agung Kesanga. Dalam prosesi ini, ogoh-ogoh ini dibakar, dengan tujuan pemusnahan dari segala keburukan dan ketidaksempurnaan,” kata Ketua Harian Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Wira Dharma.

Lebih lanjut Wira menyampaikan, yang paling utama dari ogoh-ogoh sebagai representasi dari Bhuta Kala, yang melambangkan kekuatan alam semesta dan waktu dalam ajaran Hindu Dharma.

Meskipun ogoh-ogoh pada dasarnya tidak memiliki hubungan langsung dengan acara utama Nyepi, namun keberadaannya tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kemeriahan upacara.

Setelah sampai di tempat tujuan, ogoh-ogoh tersebut kemudian dibakar dalam sebuah prosesi yang khidmat. “Proses pembakaran ogoh-ogoh menandai pemusnahan simbolis dari kekuatan negatif yang diwakili oleh Bhuta Kala, dan menjadi langkah awal dalam menjalani hari penyepian atau Nyepi,” tuturnya.

“Ogoh-ogoh tidak hanya menjadi bagian dari kemeriahan upacara Nyepi, tetapi juga membawa makna mendalam akan kekuatan alam semesta dan waktu dalam, serta merupakan simbol pemurnian diri dan pemulihan keseimbangan dengan alam semesta,” pungkasnya. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 73 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Dari Tumpeng hingga Sayuran, Warga Berebut Isi Jolen Penuh Kegembiraan

28 Juli 2025 - 14:24 WIB

Ada Nilai Filosofis Calon Arang dalam Pementasan Seni Menyuarakan Dharma

21 Juli 2025 - 09:26 WIB

Tradisi Tak Lekang Waktu, Bhakti Penganyar Jadi Jembatan Budaya Bali dan Jawa

18 Juli 2025 - 15:00 WIB

1.923 Petani Lumajang Tercakup Asuransi Usaha Tani Padi

10 Juli 2025 - 16:52 WIB

Cok Ace Dorong Kolaborasi Budaya Bali dengan Lumajang

10 Juli 2025 - 16:21 WIB

Diresmikan Saat Purnama 1992, Pura di Senduro Kini Jadi Titik Sakral Umat Hindu

10 Juli 2025 - 15:52 WIB

Pujawali Rama Satunggal Warsa, Momen Pererat Persaudaraan Umat Hindu se-Nusantara

6 Juli 2025 - 18:02 WIB

Trending di Budaya